Bedah sosok Aminah Syukur merefleksi kiprah perempuan di Kaltim

2 days ago 2
Buku ini menyoroti Aminah Syukur sebagai panutan utama perempuan teladan, terutama dalam kiprahnya di bidang pendidikan

Samarinda (ANTARA) - Kegiatan bedah buku di Gedung Perputakaan Kalimantan Timur membahas sosok seorang perempuan inspiratif Benua Etam di masa lalu yang dihadirkan dalam sebuah bedah buku berjudul “Aminah Syukur: Kiprah Perempuan di Kalimantan Timur Tempo Doeloe”.

"Buku ini menyoroti Aminah Syukur sebagai panutan utama perempuan teladan, terutama dalam kiprahnya di bidang pendidikan," ujar sejarawan sekaligus penulis buku tersebut, Muhammad Sarip di Samarinda, Kamis.

Baca juga: Monty Tiwa mengenang sosok Joshua Pandelaki lewat film terakhir

Sarip mengungkapkan bahwa penulisan riwayat Aminah Syukur lebih menekankan pada dedikasinya dalam dunia pendidikan yang melampaui tanggung jawab individu pada umumnya dan bersifat non-komersial.

"Poinnya, pengabdian Ibu Aminah Syukur ini melebihi tanggung jawab sebagai manusia normal. Beliau bukan sekadar guru birokrat atau guru pengajar reguler. Setelah mengajar, beliau masih memberikan pengajaran tambahan tanpa dibayar," ungkap Sarip dalam acara bedah buku yang dihadiri sekitar 100 peserta.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa di awal kiprah di Samarinda, Aminah Syukur yang lahir pada 20 Januari 1901, bersama suaminya mendirikan sekolah khusus perempuan yang dinamai Maisje School pada 1928. Hal ini didasari oleh kesadaran akan ketertinggalan perempuan pada era kolonial.

Materi sejarah lokalitas Kaltim dalam buku ini merupakan hasil riset Sarip selama delapan tahun terakhir. Ia menjelaskan bahwa materi yang disajikan bersifat deskriptif. Untuk deskripsi yang lebih detail, pembaca dapat merujuk pada buku-bukunya yang terbit sebelumnya, seperti "Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik" dan "Historipedia Kalimantan Timur: Dari Kundungga, Samarinda, Hingga Ibu Kota Nusantara" yang ia tulis bersama Nanda Puspita Shella.

Sementara itu, Kepala Bidang Deposit, Pelestarian, Pengembangan Koleksi, dan Pengembangan Pengolahan Buku Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kaltim Endang Effendi, menyampaikan bahwa perpustakaan sebagai pusat peradaban bangsa memiliki peran penting dalam pembangunan masyarakat, khususnya di Kaltim.

Baca juga: Mathias Muchus dan Teuku Rifnu ungkap sosok mendiang Ray Sahetapy

"Perkembangan perpustakaan penting dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas yang mempunyai peran dalam pengembangan gemar membaca sejak usia dini sebagai strategi kebudayaan untuk mewujudkan literasi sosial melalui gerakan literasi yang bersifat kolektif dan inklusif," ujar Endang.

Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian yang turut memberikan sambutan dalam bedah buku tersebut, menyatakan bahwa kisah Aminah Syukur layak disejajarkan dengan perjuangan Kartini.

"Dan saya yakin ini menjadi inspirasi bahwa perempuan itu sesungguhnya adalah pejuang-pejuang kebudayaan, agen of transmission," ujar Hetifah.

Hetifah menekankan peran perempuan sebagai agen transmisi nilai-nilai budaya dan norma-norma, baik sebagai pendidik, ibu, maupun pelaku seni dan budaya.

Ia mengapresiasi dukungan dari pihak-pihak seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kaltim yang telah memberikan ruang bagi perempuan untuk berkiprah.

Kegiatan bedah buku ini merupakan kolaborasi antara Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kaltim, Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, serta Komisi X DPR RI dalam rangka memeriahkan Hari Kartini dan menggalakkan kembali minat baca serta meningkatkan kecakapan literasi masyarakat.

Baca juga: Tak hanya kakak, Titiek Puspa juga sosok ibu & teman bagi adik-adiknya

Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |