Akademisi sebut penguatan etika cegah kekerasan seksual tenaga medis

3 hours ago 4
Etika tidak cukup diajarkan lewat teori. Butuh pembiasaan, keteladanan dan sistem penilaian yang mencerminkan pentingnya profesionalisme

Padang (ANTARA) - Akademisi sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat (Sumbar) Citra Manela menekankan pentingnya penguatan etika dan pembinaan karakter untuk mencegah kekerasan seksual oleh tenaga medis.

"Kedokteran merupakan profesi yang berbasis pada kepercayaan dan penghormatan terhadap martabat manusia. Oleh karena itu, penguatan etika dan pembinaan karakter sangat penting," kata akademisi sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Unand Citra Manela di Padang, Kamis.

Citra mengatakan ketika kepercayaan itu dilanggar seperti pelecehan seksual, maka yang dirugikan tidak hanya korban tetapi juga berdampak langsung terhadap muruah profesi dan institusi pendidikan.

Menurutnya, meningkatnya laporan pelecehan seksual bukan berarti jumlah kasus bertambah melainkan dapat pula mencerminkan meningkatnya kesadaran, dan keberanian korban untuk bersuara ke publik.

Ia menyoroti berbagai faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual mulai dari latar belakang keluarga, pola asuh tidak sehat, hingga pengaruh negatif pornografi yang diakses pada usia perkembangan.

Baca juga: Kemdiktisaintek-KemenPPPA kolaborasi cegah kekerasan di kampus

"Banyak pelaku kekerasan seksual pernah mengalami trauma atau kekerasan di masa kecil. Tanpa intervensi yang tepat, trauma ini bisa berubah menjadi perilaku agresif di masa dewasa," jelasnya.

Dalam konteks pendidikan, Citra menjelaskan Fakultas Kedokteran memiliki kurikulum etika kedokteran dan hukum kesehatan yang mengajarkan pentingnya relasi profesional antara dokter dan pasien. Namun, tantangan utama justru terletak pada penerapan di lapangan klinis.

"Etika tidak cukup diajarkan lewat teori. Butuh pembiasaan, keteladanan dan sistem penilaian yang mencerminkan pentingnya profesionalisme," ujar dia.

Untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan seksual oleh tenaga medis, ia menyarankan sejumlah langkah di antaranya penguatan kurikulum etika sepanjang jenjang pendidikan. Kemudian, mengintegrasikan pelatihan soft skills dan empati.

Selanjutnya, membangun sistem pelaporan yang aman dan mudah diakses, melakukan pelatihan rutin bagi dosen klinis dan staf, evaluasi sikap dan perilaku sebagai bagian dari penilaian serta membangun budaya organisasi berbasis penghormatan dan akuntabilitas.

Selain itu, ia juga menekankan perlunya evaluasi sistem seleksi bagi calon dokter. Tidak hanya kemampuan akademik tetapi juga karakter, integritas, dan empati.

Baca juga: Puan: Harus ada sistem peringatan kekerasan seksual di ruang publik

Baca juga: Anggota Komisi IX DPR dukung tes kejiwaan berkala bagi peserta PPDS

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |