Teknologi militer dan cognitive warfare dalam konflik India-Pakistan

6 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Serangan teroris di kota turis, Pahalgam di wilayah Kashmir telah memicu munculnya tuduhan dari India bahwa Pakistan berada di balik serangan teroris yang menewaskan 26 orang yang sebagian besar adalah warga India.

Kelompok teroris tersebut ditengarai berafiliasi dengan Lashkar-e-Taiba yang memiliki kaitan erat dengan badan mata-mata militer Pakistan, Inter-Services Intelligence (ISI).

Sebagai bentuk retalisasi atau pembalasan, India mengerahkan angkatan bersenjatanya dan merencanakan serangan udara ke sembilan lokasi. Empat lokasi di wilayah Pakistan dan lima lokasi di wilayah Kashmir yang berada dalam administrasi Pakistan yang terindikasi sebagai kamp-kamp teroris.

Pada operasi militer yang diberi nama “Operation Sindoor”, India yang merupakan mitra kunci Amerika Serikat di wilayah Indo-Pasifik, mengerahkan pesawat-pesawat tempur Rafale buatan Prancis, serta Su-30MKI dan Mig 29 buatan Rusia.

Di sisi lain, Pakistan mengerahkan pesawat-pesawat tempur J-10 dan JF-17 buatan China (Chan 2025). Pakistan yang adalah negara non-NATO yang menjadi sekutu Amerika Serikat, tidak menerbangkan pesawat tempur F-16 walau telah memilikinya dalam jumlah yang cukup banyak.

Konflik udara ini melibatkan lebih dari 100 pesawat tempur dari kedua belah pihak (TRT Global 2025), namun masing-masing masih berada di wilayah udara masing-masing agar tidak meningkatkan eskalasi konflik kedua negara.

India dan Pakistan memiliki hubungan erat dengan Amerika Serikat, namun konflik tetap terjadi didasarkan pada pertimbangan dari negara masing-masing.

Pada konflik udara yang terjadi pada 7 Mei 2025, Pakistan mengklaim telah menjatuhkan lima pesawat tempur India yang terdiri atas tiga Rafale, satu Su-30MKI dan satu Mig 29.

Namun di hari berikutnya, India mengklaim telah menjatuhkan dua pesawat tempur Pakistan tanpa menyebutkan jenisnya.

Di sisi lain, juga ditemukan informasi bahwa yang ditembak jatuh adalah pesawat tempur Mirage 2000. Hingga saat ini belum diperoleh informasi yang tepat mengenai ditembak jatuhnya pesawat-pesawat tempur dari kedua belah pihak, termasuk jenis dan jumlahnya.

Diberitakan bahwa salah satu pesawat tempur Rafale tersebut ditembak jatuh menggunakan peluru kendali PL-15 buatan China. Namun klaim tersebut dibantah oleh India karena tidak ada bukti fisik tentang tertembaknya pesawat tempurnya oleh peluru kendali tersebut. Namun hingga saat ini yang tampaknya mulai terang adalah hilangnya satu pesawat tempur Rafale dalam misi tersebut.

Terlepas dari klaim kedua pihak, dalam analisis ini dibangun sebuah argumentasi bahwa keunggulan teknologi militer merupakan fitur penting untuk memenangkan konflik.

Pengombinasian fitur tersebut dengan cognitive warfare semakin memperkuat kemenangan konflik melalui pengubahan cara berpikir manusia mengikuti pola informasi yang telah dibangun secara terstruktur dan masif.

Keunggulan teknologi militer hanya dapat dicapai melalui kompetisi tanpa lelah dan tanpa henti dalam berinovasi dan berkreasi di dalam lingkungan yang kompetitif dan inovatif.

Namun informasi memegang peranan sangat penting dan menjadi kunci dalam konflik bersenjata, termasuk konflik udara antara Pakistan dan India.


Halaman berikut: Kompetisi Teknologi Militer

Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |