Sudahkah Liga 1 2024/2025 berjalan ke arah yang benar?

1 day ago 2

Jakarta (ANTARA) - Sebagaimana kebijakan para menteri yang kerap berubah tergantung siapa menterinya, PT (Liga Indonesia Baru) LIB pun menerapkan sejumlah perubahan pada kompetisi Liga musim 2024/2025.

Klub-klub peserta Liga 1 kembali dituntut untuk beradaptasi agar dapat mematuhi beberapa perubahan yang diterapkan.

Perubahan paling mencolok adalah dihapuskannya Championship Series, sebagaimana yang diterapkan pada musim 2023/2024.

Pada musim lalu, Borneo FC berhasil memuncaki klasemen akhir Liga 1 dengan keunggulan poin yang cukup besar atas tim peringkat kedua, Persib Bandung, yakni delapan poin. Namun Maung Bandunglah yang berhasil memboyong trofi juara liga ke kota kembang, setelah mereka menang agregat 6-1 atas Madura United pada dua leg partai final.

Musim ini, peraturan itu dihapus, maka siapapun tim yang menduduki puncak klasemen saat musim usai, berhak menahbiskan diri sebagai tim juara.

Perubahan berikutnya adalah pada kuota pemain asing. Jika pada musim 2023/2024 masing-masing klub diizinkan menggunakan jasa maksimal enam pemain asing dengan ketentuan lima pemain asing bebas berasal dari negara manapun dan satu pemain harus berasal dari Asia Tenggara, maka pada musim ini klub-klub peserta bebas mengontrak maksimal delapan pemain asing.

Untuk menjaga mutu pemain asing yang bermain di Liga 1, terdapat beberapa peraturan mendetail mengenai strata kompetisi klub asal pemain asing tersebut. Selain itu, dari maksimal delapan pemain yang dimiliki tiap-tiap klub hanya enam pemain asing yang dapat bermain berbarengan dalam satu waktu.

Liga 1 musim 2024/2025 juga sudah mewajibkan penggunaan Video Assistant Referee (VAR) pada semua pertandingan. Pada musim lalu, pengaplikasian VAR baru diterapkan sebatas pada Championship Series atau empat besar.

Kemudian perubahan yang mungkin juga cukup dirasakan adalah peraturan mengenai pemain muda. Pada musim 2023/2024 tiap-tiap klub diwajibkan memainkan seorang pemain U-22 minimal selama 45 menit dalam satu pertandingan.

Jika klub-klub yang salah satu pemain U-22nya dipanggil untuk memperkuat tim nasional, maka klub tetap wajib memainkan salah satu pemain U-22. Namun jika terdapat dua pemain U-22 yang dipanggil masuk timnas, maka klub terbebas dari kewajiban tersebut.

Peningkatan kualitas

Dengan diterapkannya berbagai perubahan itu, secara sepintas dapat terlihat bahwa terdapat peningkatan kualitas tata kelola kompetisi Liga 1. Belum sempurna, tetapi sudah menuju ke arah yang lebih baik.

Pengamat sepak bola, Mohamad Kusnaeni, menilai terdapat tiga indikator perbaikan tata kelola Liga 1.

“Pertama, penjadwalan yang lebih teratur. Semua tim memainkan jumlah pertandingan yang relatif sama dari pekan ke pekan. Tak ada perbedaan jumlah pertandingan yang signifikan sehingga asas fairness cukup tercermin di sini.”

“Kedua, bentrok dengan agenda timnas juga tidak terjadi seperti musim-musim sebelumnya. Sehingga setiap tim hampir selalu bisa memainkan seluruh pemain terbaik untuk setiap pertandingan.”

“Ketiga, hasil-hasil pertandingan semakin bisa diterima oleh publik, terutama suporter. Ini berkat kehadiran teknologi VAR yang cukup signifikan mengurangi kesalahan faktor manusia dari perangkat pertandingan,” kata Kusnaeni saat dihubungi melalui aplikasi pesan singkat, Jumat.

Dari ketiga indikator itu, mungkin yang paling dapat dilihat korelasinya bagi para publik sepak bola nasional adalah sinkronisasi jadwal liga dengan jadwal pertandingan tim nasional.

Pada tahun-tahun sebelumnya, sering terjadi pihak klub Liga 1 sedikit bersitegang dengan PSSI karena pemain-pemain terbaik mereka dipanggil masuk timnas saat jasa mereka juga sangat dibutuhkan untuk mengarungi kompetisi. Contoh paling mudah diingat mungkin adalah mantan pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll, yang kerap merasa timnya dirugikan akibat para pemain Macan Kemayoran dipanggil membela timnas Indonesia.

Sejauh ini, jadwal pertandingan Liga 1 tidak bentrok dengan agenda-agenda timnas baik senior maupun kelompok umur di FIFA Match Day, seperti kualifikasi Piala Dunia 2026, Piala Asia U-20, maupun Piala Asia U-17.

Penerapan penggunaan VAR juga berdampak positif terhadap penerimaan hasil-hasil pertandingan, terutama di pihak yang kalah, baik tim maupun para penggemarnya. Koordinasi wasit di lapangan dengan wasit VAR juga semakin hari semakin baik, yang terlihat dengan semakin cepatnya keputusan-keputusan penting diambil jika melibatkan VAR.

Bukan tanpa catatan

Beberapa peningkatan kualitas yang terjadi dalam pengelolaan Liga 1 memang selayaknya diapresiasi, namun bukan berarti tidak ada catatan untuk perbaikan pada masa yang akan datang.

Kusnaeni mengingatkan bahwa salah satu masalah yang kembali muncul di Liga 1 musim ini adalah perihal penggajian pemain dan pelatih. Salah satu kasus terkini terkait masalah gaji pemain adalah hengkangnya Evandro Brandao dari PSIS Semarang yang disinyalir akibat gaji yang tertunggak.

“Persoalan penggajian itu muncul karena ekosistem kompetisi sebagai industri olahraga belum sepenuhnya terbentuk. Klub belum mampu memaksimalkan potensinya untuk menjadikan diri sebagai entitas bisnis yang sehat,” ujar sosok yang juga merupakan anggota Dewan Pengawas LPP RRI itu.

“Ekosistem industri itu butuh campur tangan operator kompetisi. Salah satunya melalui instrumen pengaturan penganggaran dengan sistem budget cap atau salary cap,” lanjutnya.

Kusnaeni menambahkan bahwa ekosistem yang belum sehat itu membuat ketergantungan klub-klub peserta kepada pihak-pihak lain menjadi sangat besar. Sebagai contoh dari segi terkait penggunaan stadion, lapangan untuk latihan, fasilitas medis, dan lain sebagainya.

“Singkatnya, perjalanan kompetisi Liga 1 masih panjang menuju industri olahraga yang sehat. Tapi secara faktual kita juga melihat adanya kemajuan dalam pengelolaan kompetisi, khususnya di level teknis,” ujar Kusnaeni.

Baca juga: Potensi tim calon juara dan yang bakal terdegradasi di Liga 1

Baca juga: PSSI evaluasi total Liga 4 setelah proses undian kontroversial

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |