Jakarta (ANTARA) - Seribu lebih bibit nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia di tempatkan di kantor Wali Kota Jakarta Barat sebagai upaya mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD), Selasa.
Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto menyebut penyebaran bibit nyamuk berwolbachia hari ini dilakukan serentak di dua kelurahan, yakni Kelurahan Kembangan Selatan yang dimulai di kantor wali kota dan Kelurahan Srengseng.
"Nah, bibit yang ada di kantor Wali Kota ini untuk Kelurahan Kembangan Selatan. Ada 13 titik peletakan bibit di sini, tadi sudah diserahkan ke perwakilan (orang tua asuh)," ujar Uus kepada wartawan di kantor Wali Kota Jakarta Barat, Selasa.
Baca juga: Sudinkes dan UGM petakan titik bibit nyamuk ber-Wolbachia di Kembangan
Uus mengatakan dengan disebarnya bibit nyamuk berwolbachia di Kembangan Selatan dan Srengseng, maka sudah ada empat kelurahan di Kecamatan Kembangan yang menjadi lokasi penyebaran, termasuk sebelumnya di Kembangan Utara dan Meruya Utara.
"Kenapa dilaksanakan di Kecamatan Kembangan? Karena kalau berdasarkan data yang disampaikan di Dinas Kesehatan, Kecamatan Kembangan jadi salah satu kecamatan yang kasus DBD-nya tinggi," ujar Uus.
Lebih lanjut, Uus berharap polemik yang ada di masyarakat terkait penerapan nyamuk berwolbachia mendapat jawaban dengan disebarnya bibit di kantor Wali Kota.
Baca juga: Nyamuk aedes aegypti berwolbachia untuk berantas DBD dievaluasi
"Nah, setelah di Kecamatan Kembangan selesai semua untuk penyebaran nyamuk wolbachia, nanti bisa diteruskan di kecamatan-kecamatan lain," ucap Uus.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Erizon Safari menambahkan bahwa setiap ember yang disebar berisi 200-600 bibit nyamuk berwolbachia.
"Setelah menetas, dia (bibit nyamuk berwolbachia) jadi nyamuk dewasa, dia akan keluar melalui lubang-lubang di embernya.
Nah ketika keluar dia bisa berinteraksi dengan nyamuk yang lokal, lalu kawin, sehingga menghasilkan keturunan nyamuk yang tidak dapat menyebarkan DBD," ujar Erizon.
Baca juga: Tren DBD di Jakbar terus meningkat sejak awal 2025
Adapun setiap ember, kata Erizon, memiliki "orang tua asuh" masing-masing yang akan merawat dan memantau perkembangan bibit nyamuk.
"Tiap dua minggu kita lakukan servis atau penggantian telur dan lain-lain, dan kita evaluasi setelah enam bulan," ujar Erizon.
Diketahui, tren kasus DBD di Jakarta Barat (Jakbar) terus meningkat sejak awal tahun 2025.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat (Sudinkes Jakbar) mencatat pada Januari 2025 terdapat 186 kasus DBD yang terlapor. Jumlah itu terus bertambah pada Februari menjadi 211 kasus dan pada Maret menjadi 254 kasus. Sedangkan sampai dengan 10 April tercatat 53 kasus.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025