Taiyuan (ANTARA) - Hui Ruixue tidak bergegas pulang ke rumah setelah bekerja, melainkan pergi ke gelanggang olahraga di Taiyuan, ibu kota Provinsi Shanxi, China utara, untuk mengikuti kelas tenis.
"Program sekolah malam mewujudkan impian saya untuk belajar tenis menjadi kenyataan," tutur wanita berusia 28 tahun tersebut, yang mengikuti sesi bersama lima pekerja kerah putih lainnya di kota itu.
Hui menguraikan bahwa 12 kelas tenis hanya dikenakan biaya sebesar 500 yuan (1 yuan = Rp2.218), sebuah harga yang wajar dan jadwal malam tersebut sangat memudahkan dirinya.
Program sekolah malam meraih popularitas yang luas di seluruh negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Awalnya muncul di kota-kota tingkat pertama seperti Beijing dan Shanghai, model pendidikan ini berkembang ke banyak kota tingkat kedua dan ketiga, serta kota setingkat wilayah, menawarkan berbagai macam kursus.
Pada 2024, Provinsi Jiangxi di China timur mendirikan 460 lokasi pengajaran sekolah malam bagi kaum muda, menawarkan 1.650 lebih kursus yang memberikan manfaat bagi lebih dari 42.000 anak muda.
Di Provinsi Yunnan, China barat daya, lebih dari 200.000 anak muda telah berpartisipasi dalam program sekolah malam sejak 2014.
Sekolah malam bukanlah hal yang baru di China, tetapi sekolah malam saat ini lebih berfokus pada pengembangan minat dan hobi orang dewasa, serta menawarkan kursus yang terjangkau dan mudah diakses, ujar Li Jianghao, operator sekolah malam di Taiyuan.
Di sekolah-sekolah malam di seluruh Taiyuan, para partisipan dapat mengikuti kelas selama hampir 15 jam dengan biaya beberapa ratus yuan saja. Kursus-kursus itu terutama berbasis minat dan pembelajaran berdasarkan pengalaman, seperti fotografi, menari, melukis, kaligrafi, dan alat musik.
Li Fenglai, direktur pusat kebudayaan Provinsi Shanxi, mengaitkan popularitas sekolah malam sebagian dengan dukungan aktif pemerintah dan organisasi masyarakat sipil setempat yang bertujuan untuk meningkatkan layanan budaya masyarakat.
Berkat Liga Pemuda Komunis (Communist Youth League), pusat kebudayaan, serikat perdagangan dan departemen kebudayaan dan pariwisata, para pewaris warisan budaya takbenda yang telah ditunjuk, profesor universitas, musisi, dan ahli kaligrafi diundang untuk memberikan kuliah kepada anak muda.
Meningkatnya kebutuhan spiritual dan budaya di kalangan anak muda telah membantu perkembangan sekolah malam, dengan banyak kursus populer laris diburu.
Permintaan sekolah malam yang ditawarkan oleh institusi publik kerap kali melebihi ketersediannya, tetapi organisasi swasta telah ikut membantu untuk memenuhi permintaan tersebut.
Li Xin, yang pindah dari Kota Hangzhou di Provinsi Zhejiang, China timur, ke Taiyuan untuk mengelola sekolah malam, menawarkan berbagai kursus dalam menyeduh kopi, meracik minuman di bar, dan menjahit, yang semuanya sangat populer di kalangan pekerja muda.
"Anak muda dapat mengikuti berbagai kursus dengan harga yang terjangkau, saya meraih tujuan kewirausahaan saya, dan institusi pelatihan yang bekerja sama dengan saya mendapatkan lebih banyak siswa, ini situasi yang saling menguntungkan," imbuh Li.
Para sosiolog memprediksi bahwa menghadiri sekolah malam sepulang kerja akan menjadi bagian rutin kehidupan dari semakin banyak anak muda di China.