Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Ragimun menyarankan pelaku usaha di sektor ritel lebih mengoptimalkan penjualan secara daring agar meningkatkan daya saing sektor tersebut.
Ragimun saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menyatakan optimalisasi penjualan tersebut mesti dilakukan mengingat saat ini sudah terjadi perubahan perilaku masyarakat yang lebih gemar belanja secara online.
"Sepertinya trennya sudah berubah, kecuali dia masif untuk mengikuti tren dengan by online juga," katanya.
Dikatakan dia perubahan perilaku tersebut dikarenakan alternatif produk yang ditawarkan secara daring biasanya lebih murah.
"Ada beberapa pilihan belanja alternatif seperti pembelian di online yang lebih murah," ujar dia.
Lebih lanjut, menurutnya sektor ritel yang saat ini dinilai mengalami penurunan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang lemah, melainkan ada faktor pendukung lain, seperti sewa gedung yang mahal, lokasi gerai yang kurang strategis, serta kecenderungan pengalihan modal ke sektor yang lebih menguntungkan.
Selanjutnya, di beberapa daerah ada sentimen masyarakat untuk membeli barang kebutuhan pokok di warung-warung biasa, serta penolakan pendirian minimarket.
"Ada penolakan di beberapa tempat terkait ritel sejenis Alfamart atau franchise (waralaba) sejenis," katanya.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyatakan pihaknya sedang mengkaji pemberian insentif untuk sektor ritel agar daya saing industri tersebut meningkat.
Wamenperin menyatakan rencana insentif itu diberikan mengingat potensi pengembangan sektor ritel masih cukup besar, serta merupakan industri yang memiliki dampak luas terhadap masyarakat.
Sebelumnya, sektor ritel di tanah air dinilai tengah mengalami penurunan menyusul PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau Alfamart yang melaporkan menutup 400 gerai sepanjang tahun 2024.
Berdasarkan indeks penjualan riil (IPR) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada Februari 2024, IPR tercatat meningkat mencapai 214,1 atau tumbuh 6,4 persen secara tahunan atau year on year (YoY).
Kinerja penjualan ritel atau eceran tersebut didorong oleh pertumbuhan sektor makanan, minuman, dan tembakau yang meningkat secara tahunan yakni sebesar 9,1 persen.
Peningkatan kontribusi ketiga sektor itu didominasi oleh pembelian yang dilakukan oleh kelas menengah dan generasi milenial.
Baca juga: Wamenperin sebut sedang kaji insentif untuk industri ritel
Baca juga: DBS: Dampak PPN 12 persen bagi ritel tergantung kelas menengah atas
Baca juga: Aprindo optimis usaha ritel bertahan di tengah gelombang PHK
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024