Tangerang (ANTARA) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Metabolik Endokrin dan Diabetes Eka Hospital BSD Prof Dr dr Sidartawan Soegondo Sp.PD-KEMD mengatakan obat pertama dalam mengatasi penyakit diabetes adalah jaga mulut (jamu).
"Ketika penderita sudah bisa menjaga mulut dalam mengkonsumsi makanan, maka risiko yang ditimbulkan dari sakit diabetes bisa diatasi. Sebab penyakit ini tak bisa disembuhkan," kata Prof Sidartawan Soegondo di Tangerang Sabtu.
Menurut data International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2021 Indonesia berada di urutan kelima dunia dengan kasus diabetes terbanyak, yakni sebanyak 19,5 juta.
Ia mengatakan target tatalaksana diabetes adalah kondisi terkontrol dan dengan target yang sifatnya individual. Artinya, perubahan pola hidup dan penggunaan obat perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing individual dengan tujuan optimalisasi kualitas hidup dan pencegahan komplikasi.
"Dengan disiplin yang baik, anda mungkin saja bisa menjaga kadar gula darah tetap normal hanya dengan menjaga pola makan dan olahraga, tanpa obat," ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Baca juga: Dokter sarankan pasien diabetes konsumsi makanan dengan gula alami
Baca juga: Telemedisin bisa jadi solusi cegah penyakit ginjal bagi penderita DM
Menurut Sidartawan, pada umumnya penyakit ini tidak dapat disembuhkan sehingga langkah utama yang harus dilakukan adalah mengatur pola makan. Kemudian melakukan aktifitas fisik agar tubuh tetap bugar. Kemudian mengkonsumsi obat yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dan terakhir adalah rutin melakukan pemeriksaan.
Untuk konsumsi obat, setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda karena yang diobati bukan hanya diabates tetapi penyakit lainnya. Maka itu diabetes disebut juga sebagai ibu dari segala penyakit karena risiko komplikasi yang ditimbulkan.
"Seorang penderita diabates dibolehkan makan apa saja tetapi harus bisa mengendalikan kadar gula darah dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. Obat yang digunakan pun harus disesuaikan dengan kondisi saat ini," katanya.
Prof Sidartawan menjelaskan diabetes adalah kelompok kelainan metabolisme glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin secara relatif atau absolut. Sedangkan insulin adalah hormon yang membantu mengatur kadar glukosa dalam darah. Dengan insulin yang cukup, glukosa yang ada dalam darah dapat masuk ke sel tubuh untuk kemudian diubah menjadi energi.
"Maka itu ketika pasien menggunakan insulin, harus konsultasi dengan dokter mengenai dosisnya agar dapat mengetahui perkembangan diabetes yang dialami. Sebab setiap orang memiliki kondisi berbeda dan kebutuhan obat yang beda juga," ujarnya.
Baca juga: UI beri edukasi siswa Depok tentang penyakit diabetes
Baca juga: Dokter ungkap hal salah kaprah soal diabetes yang diwariskan pada anak
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis dengan kondisi yang berlangsung selama satu tahun atau lebih dan membutuhkan penanganan medis atau perubahan pola hidup.
Sementara itu beberapa komplikasi yang terjadi akibat diabetes yakni penyakit jantung, sensasi kesemutan, mati rasa, atau terbakar, biasanya bermula di ujung jari kaki dan tangan. Kerusakan saraf yang berada di penis. Kerusakan ginjal yang terjadi akibat rusaknya pembuluh. Kerusakan saraf pada mata, penyumbatan pada pembuluh darah kaki.
Masalah pada kulit, termasuk di area kelamin dan infeksi jamur adalah yang paling sering terjadi. Penyakit Alzheimer yang tidak dikendalikan dapat merusak saraf di otak.
"Kami mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap diabetes mulai dari pencegahan, gejala, diagnosis dini, pengelolaan diabetes, hingga gaya hidup sehat yang membantu mencegah sekaligus mengendalikan kondisi ini," ujarnya.
Baca juga: Ibu hamil dengan diabetes melitus perlu penanganan khusus
Baca juga: Pakar kembangkan metode terapi "stem cell" untuk obati diabetes
Baca juga: Pakar: Diabetes tipe 1 paling banyak dialami anak Indonesia
Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025