Mataram (ANTARA) - Polres Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendalami kasus dugaan keracunan massal terhadap para pelajar yang diduga terjadi setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Pringgabaya.
"Kasus dugaan keracunan ini kami atensi. Hari ini anggota sedang cek kondisi pasien yang ada di Puskesmas Batuyang," kata Kasat Reskrim Polres Lombok Timur AKP I Made Dharma Yulia Putra di Lombok Timur, Selasa.
Ia mengatakan hasil pengecekan kepada pasien bahwa benar pasien mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari MBG.
"Setelah mengonsumsi MBG, pasien tiba-tiba muntah dan mual-mual," katanya.
Orang tua pasien yang melihat anaknya muntah, menurut Dharma, langsung membawa ke puskesmas. Setelah tiba di puskesmas, kemudian bukan hanya satu atau dua orang anak - anak dari sekolah yang sama datang ke puskesmas, tetapi puluhan anak langsung mendapatkan perawatan dari puskesmas.
"Sejak kejadian itu, sudah kita mengumpulkan keterangan dari pihak pasien," ujarnya.
Baca juga: BGN terapkan prinsip zero defect ala pandemi untuk MBG
Dengan adanya keterangan dari pasien ini lanjutnya, kemudian pihaknya akan melakukan pengecekan kepada dapur yang ada di Lombok Timur.
"Kemarin kita sudah turun cek ke dapur untuk mengambil sampel dan melakukan penyelidikan," katanya.
Sebelumnya, sejumlah siswa di beberapa sekolah di Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, mengalami gejala mual, muntah, dan diare diduga setelah mengonsumsi makanan dari program MBG (17/10).
Akibat kejadian tersebut, beberapa siswa terpaksa dilarikan ke Puskesmas Batuyang untuk mendapatkan perawatan medis. Sebagian di antaranya bahkan sempat menjalani infus karena kondisi tubuh yang lemah.
Kepala Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) Berbagi Mulia Pringgabaya, Eka Suryana, Sabtu, membenarkan adanya kejadian tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan pengecekan langsung di lapangan.
“Kami masih melakukan pendataan dan belum bisa memastikan jumlah pasti berapa siswa yang terdampak,” ujarnya.
Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































