Jakarta (ANTARA) - CEO dan pendiri Plataran Indonesia Yozua Makes menilai bahwa adanya kebijakan naiknya tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) dapat membawa keuntungan bagi sektor pariwisata Indonesia.
"Justru kita harus bisa memanfaatkan hal ini karena tidak ada tarif Trump di pariwisata, sedangkan efek pariwisata buat Indonesia ini luar biasa, very labor intensive (sangat padat karya)," kata Yozua dalam konferensi pers UN Tourism 37th CAP-CSA di Jakarta, Rabu.
Menanggapi pengaruh naiknya tarif yang ditetapkan oleh Donald Trump, Yozua menilai pariwisata merupakan industri yang tidak terdampak secara langsung dengan kebijakan tersebut karena trennya selalu dinamis mengikuti permintaan pelanggan.
Baca juga: Kemenpar-UN Tourism berencana terbitkan pedoman investasi pariwisata
Kebijakan itu menyebabkan kurs rupiah menjadi lebih murah. Kondisi tersebut bisa dimanfaatkan untuk menarik wisatawan mancanegara datang dalam jumlah yang lebih banyak.
"Justru yang harus kita takutkan adalah middle class (income) trap, jadi oleh karena itu, karena tidak ada tarif, mestinya kita bisa lebih berperan di situ," ucap dia.
Meski demikian, situasi tersebut dapat berjalan dengan baik apabila pemerintah bersama stakeholder menggencarkan kegiatan promosi dan kegiatan-kegiatan yang menarik minat mereka.
Baca juga: Airlangga ajak anggota UN Tourism kolaborasi hadapi kebijakan tarif AS
Ia mengingatkan bahwa pariwisata Indonesia berbicara tentang identitas, baik dari sisi budaya maupun kekayaan alam di dalamnya. Sehingga hal-hal yang dipromosikan harus berbeda dengan negara lain, termasuk negara yang berada di kawasan ASEAN.
"Semakin banyak identitas lokal dan semakin baik anda memasukkan naratif yang benar, maka anda memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan jumlah tetamu atau turis yang datang ke sini," kata dia.
Berikutnya hal lain yang harus diperhatikan menurutnya adalah konektivitas yang dapat mempermudah akses wisatawan berkunjung ke setiap destinasi wisata yang dipromosikan kepada wisatawan.
Baca juga: Airlangga sebut pariwisata punya potensi jadi penggerak ekonomi global
"Anda memiliki banyak budaya di Indonesia dan anda bisa melihat pada tahun 2024, saya rasa turis internasional datang ke sini sekitar 16 juta, tapi kita masih nomor 5. Kita berada di bawah Malaysia, di bawah Thailand, kita berada di bawah Malaysia. Jadi, ada banyak ruang untuk berubah," ujar dia.
Yozua turut menyoroti pasar pariwisata domestik di Indonesia sangat kuat, sehingga setiap aktivitas di dalamnya akan sangat terpengaruh oleh pemerintah.
Baca juga: RI ajak kembangkan pariwisata Asia-Pasifik di UN Tourism 37th CAP-CSA
Baca juga: UN Tourism 37th CAP-CSA Joint Commision Meeting digelar di Indonesia
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025