Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina EP menerapkan teknologi CO2 removal package dengan amine system (MDEA) pertama di dunia yang merupakan bagian dari optimasi pengembangan Lapangan-Lapangan (OPLL) Akasia Bagus-Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
"Teknologi baru yang diimplementasikan dalam mendesain AGRU (acid gas removal unit) dengan amine system ini merupakan yang pertama di dunia, yang akan mengolah gas dengan kadar CO2 sebesar 65 persen mole," kata General Manager Pertamina EP area Jawa bagian barat Afwan Daroni dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Adapun, Pertamina EP menjalankan dua strategi dalam optimasi pengembangan OPLL Akasia Bagus-Santar, yakni pengeboran 22 sumur pengembangan dan pembangunan Fasilitas Produksi SP Akasia Bagus (ABG) Stage 1 dan Stage 2, yang merupakan kelanjutan dari plan of development (POD) Lapangan Akasia Bagus paa 2017 lalu.
Kedua upaya itu ditargetkan dapat menambah produksi minyak dan gas, sebesar 12,71 million stock barrel (MMSTB) dan 10,53 billion standard cubic feet (BSCF).
"Proyek ini merupakan milestone penting dalam pengembangan Akasia Bagus, yang didesain untuk mengolah minyak dan gas dengan kapasitas total sebesar 9.000 BLPD (barrel of liquid per day) dan 22 MMSCFD (million standard cubic feet per day), termasuk untuk mengolah associated gas dari 19 sumur lapangan," ungkap Afwan.
Pertamina EP mencatat 12 sumur pengeboran telah diselesaikan dari total 26 sumur produksi di Lapangan Akasia Bagus.
Baca juga: Program "Jari Tangan" Pertamina EP raih ICSA Award 2024
Saat ini, produksi eksisting diolah dan ditampung menggunakan early production facilities (EPF) ABG Tahap 1, sesuai persetujuan SKK Migas, hingga berlanjut ke fase onstream.
Proyek ABG Stage 1 itu akan melewati dua kali fasilitas produksi onstream, yaitu fasilitas cair yang direncanakan pada Februari 2025, lalu menyusul fasilitas AGRU pada Mei 2025.
Afwan juga menjelaskan upgrading fasilitas produksi akan dilengkapi dengan CO2 removal package dengan amine system (MDEA), gas dehydration unit, dan thermal oxidation (TOX). Tujuannya, untuk mengurangi kadar CO2, H2S dan air agar sesuai spesifikasi penjualan gas yang termaktub dalam perjanjian jual beli gas (PJBG) eksisting di wilayah Jawa Barat.
Di sisi lain, kadar CO2 yang tinggi memberi peluang bagi Pertamina EP untuk mengembangkan lapisan gas dari oil rim (zona minyak yang relatif tipis di bawah batas gas) melalui metode carbon capture, utilization & storage (CCUS), yang merupakan bagian dari komitmen Pertamina untuk mendukung target emisi nol bersih (net zero emission/NZE).
Baca juga: Pertamina EP Subang Field edukasi siswa SMK soal keselamatan migas
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024