Jakarta (ANTARA) - Pemerintah terus memperluas akses listrik bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah terpencil dan perbatasan dalam rangka pemanfaatan energi, yang semakin merata.
"Di desa-desa terpencil, cahaya listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial dan ekonomi. Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun meningkatkan pula akses pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup masyarakat," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, upaya yang dilakukan pemerintah di antaranya melalui program listrik desa (lisdes) dan bantuan pasang baru listrik (BPBL) sebagai wujud komitmen negara dalam pemerataan energi.
Program lisdes telah menjangkau 10.068 lokasi dan memberi manfaat bagi lebih dari 1,2 juta pelanggan baru.
Adapun realisasi BPBL periode 2024 telah diterima 155.429 rumah tangga, dan hingga September 2025 sebanyak 135.482 rumah tangga telah terpasang dari target 215.000 rumah hingga akhir tahun.
Program ini diharapkan dapat mempercepat pemerataan energi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bahlil menyampaikan bahwa rasio elektrifikasi nasional saat ini telah mencapai 99,1 persen.
Wilayah yang belum terjangkau listrik merupakan daerah dengan kondisi geografis menantang, seperti pulau-pulau kecil dan kawasan pedalaman.
Untuk menjangkau wilayah tersebut, menurut dia, pemerintah mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.
"Perubahan arah kebijakan juga mencakup transformasi menuju energi yang bersih dan berkelanjutan," sebutnya.
Pemerintah juga sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan, mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 gigawatt, dan melibatkan koperasi desa dalam transisi energi.
"Ekonomi dan ekologi tidak harus dipertentangkan. Keduanya bersinergi menciptakan fondasi pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan merata," ujar Bahlil.
Ia menegaskan pemerintah berkomitmen mempercepat capaian elektrifikasi hingga 100 persen.
Masyarakat di berbagai daerah telah merasakan manfaat program ini.
Salah satunya Ruslam, warga Desa Bandar Jaya, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
"Alhamdulillah, sekarang rumah kami terang, tanpa harus mikir beli bensin tiap malam. Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, dan saya bisa istirahat dengan tenang," ucapnya.
Sementara itu, di wilayah timur Indonesia, warga Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat, kini menikmati listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi.
"Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya untuk kami punya anak-anak kami itu bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan (penerangan) lampu. Saat saya lahir di sini, kami belum ada lampu. Kami bikin api. Kami baca, belajar, itu pasang, bikin gelegar untuk jadi pelita," tutur Elias Inyomusi, warga Anggi.
Pemerintah menargetkan seluruh wilayah Indonesia akan menikmati listrik sepenuhnya pada 2030.
Bahlil pun menegaskan bahwa target rasio elektrifikasi 100 persen harus tercapai agar seluruh warga dapat merasakan manfaat pembangunan secara merata.
Baca juga: Gubernur janji hadirkan akses listrik bagi seluruh warga Jabar di 2026
Baca juga: Anggota DPR: Listrik desa tingkatkan kualitas hidup masyarakat
Baca juga: PLN siap perluas akses listrik ke pelosok lewat RUPTL 2025--2034
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































