Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengakui elektabilitas Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa cukup tinggi, tapi sosok tersebut belum tentu mau untuk terjun ke dunia politik.
Dia menilai Purbaya adalah profesional di bidang keuangan yang sekarang masuk ke birokrasi untuk mengurusi masalah perbendaharaan negara. Sejauh ini, dia pun belum melihat Purbaya memiliki maksud dan tujuan untuk lari ke ranah politik.
"Apakah kemudian Pak Purbaya itu menjadi salah satu calon besutan dari PAN untuk kita tarik ke PAN? Ya, belum tentu Pak Purbaya-nya juga mau," kata Eddy di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu.
Berdasarkan data sebuah lembaga survei, menurut dia, Purbaya sudah melampaui popularitas di atas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang sebelumnya kokoh berada di tangga media darling-nya publik.
Baca juga: Survei IPO terbaru: PAN masuk lima besar, Gerindra teratas
Namun meski popularitas tinggi, dia mengatakan masyarakat menunggu hasil dari kinerjanya untuk bisa mendongkrak perekonomian sesuai dengan arahan Bapak Presiden, yakni pertumbuhan ekonomi pada 2028 mencapai 8 persen.
"Jadi, saya pikir Pak Purbaya manfaatkanlah waktu dan support masyarakat yang begitu besar untuk menuai hasil yang optimal," kata Wakil Ketua MPR RI itu.
Sebelumnya, lembaga survei IndexPolitica merilis 10 nama tokoh yang masuk ke dalam daftar teratas potensial untuk posisi Wakil Presiden. Purbaya menduduki peringkat pertama dengan hasil 28,65 persen, Dedi Mulyadi 20,15 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 15,75 persen, dan Gibran Rakabuming Raka 12,35 persen.
Selain itu, IndexPolitica juga mencatat sebanyak 83,5 persen masyarakat yang disurvei merasa puas atas kinerja pemerintah Presiden RI Prabowo Subianto dalam setahun terakhir. Data ini menunjukkan tingkat kepuasan publik yang sangat tinggi terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo dan eksposur positif di media massa yang sangat kuat dan positif.
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































