OJK targetkan indeks literasi keuangan naik satu persen per tahun

1 week ago 16
Secara geografis wilayah kita cukup menantang, teknologi informasi maupun jaringan internet di setiap daerah juga tidak sama, namun kami tidak patah semangat untuk mengedukasi dalam upaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat secara luas

Malang (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan indeks literasi keuangan bagi masyarakat, termasuk anak-anak muda di Tanah Air naik satu persen per tahun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengemukakan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia tahun ini baru mencapai 66,46 persen atau naik dari tahun sebelumnya sebesar 65 persen.

"Secara geografis wilayah kita cukup menantang, teknologi informasi maupun jaringan internet di setiap daerah juga tidak sama, namun kami tidak patah semangat untuk mengedukasi dalam upaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat secara luas," katanya di sela kegiatan literasi keuangan bagi mahasiswa dengan tema "Generasi Muda Cerdas Membangun Ketangguhan di Era Digital" di kampus Universitas Brawijaya (UB) di Malang, Jawa Timur, Rabu.

Pada kesempatan itu, Frederica mengatakan bahwa literasi keuangan bagi masyarakat di Indonesia masih lebih tinggi dibanding dengan negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang rata-rata hanya sebesar 61 persen.

Ia mengatakan ada empat segmen sasaran peningkatan literasi keuangan, yakni segmen perempuan, anak-anak muda, perdesaan, dan segmen petani/peternak.

Sementara itu, dalam pemaparan materi di hadapan sekitar seribu mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Malang, Frederica mengatakan ke depan, generasi muda sebagai penyokong pembangunan harus memahami sistem keuangan dan memiliki kecerdasan keuangan.

Sementara itu, Kepala Badan Supervisi OJK, Sidharta Utama mengatakan di era digital saat ini, manusia dimudahkan dalam berbagai aktivitas. Hanya dengan telepon genggam (handphone), semua aktivitas dan kebutuhan bisa terpenuhi.

Namun, lanjutnya, teknologi yang memudahkan ini juga menjadikan manusia (masyarakat) berperilaku konsumtif, sehingga mendorong untuk meminjam uang yang ditawarkan secara digital, seperti Paylater.

"Seringkali masyarakat kita tidak memahami dengan benar risikonya, termasuk dalam berinvestasi digital. Oleh karena itu, dengan literasi keuangan, khususnya keuangan digital, paling tidak bisa mencegah diri sendiri melakukan aktivitas keuangan yang bisa merugikan, seperti judi online atau pinjaman online ilegal," ujarnya.

Baca juga: OJK: Bank masih jadi penopang indeks literasi dan inklusi tertinggi

Baca juga: BPS: Literasi dan inklusi syariah masih rendah dibanding konvensional

Baca juga: BPS: Indeks literasi dan inklusi keuangan nasional 2025 meningkat

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |