Biak (ANTARA) - Hujan yang mengguyur Kota Biak pada Sabtu (8/2) tidak mengurangi semangat 28 siswa kelas 1 SD Angkasa, Distrik Samofa, Kabupaten Biak Numfor, Papua, mengikuti studi wisata dengan mengunjungi berbagai rumah ibadah untuk menanamkan nilai-nilai toleransi beragama dan hidup berdampingan dengan damai.
Suasana gembira dan keceriaan terlihat di wajah anak-anak siswa SD Angkasa karena sejak pukul 07.00 WIT sudah berkumpul di halaman sekolah untuk memulai kegiatan kunjungan ke gereja, masjid, vihara, dan pura.
Kunjungan siswa SD Angkasa Biak ke berbagai rumah ibadah itu merupakan bagian dari proses pembelajaran dan pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar untuk pengembangan karakter peserta didik sejak usia dini.
Selain itu, tujuan lain dari studi wisata adalah untuk memberikan pengamalan nyata dari butir-butir pengamalan sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan yang maha Esa.
Studi kunjungan siswa SD Angkasa Biak ke rumah ibadah diawali di Gereja Oikumene milik Komando Operasi Udara III (TNI AU) yang berlokasi di Jalan Condronegoro, Kelurahan Snerbo, Distrik Samofa.
Tiba di gereja Oikumene, siswa SD Angkasa langsung dikumpulkan di halaman dalam ruang utama tempat ibadah umat Kristiani. Para siswa diberikan informasi berbagai kegiatan keagamaan di gereja Oikumene, mulai dari ibadah Minggu, hingga pelayanan kasih dan ibadah kebaktian dari rumah ke rumah.
Saat siswa berada di gereja Oikumene, dikenalkan oleh majelis jemaat gereja mengenai berbagai fasilitas gereja, seperti altar atau mimbar khutbah, kursi tempat duduk jemaat saat kebaktian serta rumah pastori.
Begitu juga, ketika siswa mengunjungi Vihara Buddha Dharma dan Menara Pagoda di kawasan Ridge, Distrik Samofa, yang diterima pengurus vihara dan diberikan informasi tentang fungsi rumah ibadah bagi umat Buddha di Biak.
Selain mengunjungi vihara, siswa juga diajak melihat aula tempat ibadah umat Buddha. Kegembiraan terpancar di wajah siswa, saat dikenalkan pada pagoda setinggi 35 meter di halaman Vihara Buddha Dharma.
"Saya baru pertama kali mengunjungi rumah ibadah vihara ini. Tempatnya bagus dan indah, karena dilengkapi menara pagoda," ujar Abidzar F Badilah, salah satu siswa SD Angkasa, saat dijumpai ANTARA di lokasi vihara.
Syowi (7), siswa lain SD Angkasa, mengaku sangat senang bisa datang melihat langsung vihara dan menara pagoda. Dia merasakan suasana hening dan pemandangan yang bagus di vihara dan pagoda itu.
Pagoda itu dibangun areal Vihara Buddha Dharma Biak, tidak saja berfungsi bagian sarana peribadatan, tetapi juga menjadi tempat pelayanan sosial kemasyarakatan bagi umat Buddha Dharma Biak.
Pagoda merupakan salah satu bentuk bangunan yang sangat populer di kalangan umat Buddha karena bangunan ini menjadi pusat kegiatan keagamaan, tempat berdoa, dan merenung atau bermeditasi.
Pagoda memiliki struktur dan bentuk yang unik, sebagai simbolisasi dari ajaran agama Buddha untuk saling menghormati dan menjaga toleransi beragama dengan umat yang lain.
Kunjungan siswa Biak Numfor untuk melihat keindahan menara pagoda diharapkan memperkuat hubungan sosial dan toleransi antarumat beragama sejak usia dini.
Kegiatan itu akan menjadi dasar bagi anak-anak usia dini untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia dan dengan alam atau lingkungan sekitarnya.
Selepas mengunjungi vihara, para siswa melanjutkan studi wisata religius ke Masjid Agung Baiturrahman Biak, sebagai pusat ibadah umat Islam Kota Biak dan tempat kegiatan pelayanan sosial kemasyarakatan.
Kedatangan 28 siswa SD Angkasa dengan latar belakang dari berbagai daerah di Indonesia dan berbeda agama serta bahasa ke masjid itu, juga memberi pengalaman baru bagi anak-anak non-Muslim.
Mereka memiliki pengalaman baru dengan melihat rumah peribadatan terbesar umat Islam di Kabupaten Biak Numfor.
Setelah dari masjid, para siswa SD Angkasa Biak melanjutkan kunjungan ke pura, rumah ibadah umat Hindu.
Rumah ibadah pura berlokasi di kawasan komplek Pangkalan TNI Angkatan Laut (TNI AL) Biak itu menjadi kunjungan terakhir para siswa SD Angkasa Biak.
Dengan ketentuan masing-masing rumah ibadah yang berbeda, para siswa juga diajak mengalami langsung bagaimana mereka menghargai perbedaan. Di rumah ibadah umat Hindu, para siswa diberikan informasi dan diperkenalkan tata cara menggunakan pakaian saat memasuki rumah ibadah.
Memasuki pura, orang harus bersih lahir dan batin. Karena itu, untuk pria harus menggunakan pakaian bersih, yakni baju kampuh, kain panjang, sabuk alas kaki, sedangkan wanita memakai baju/kebaya, kain panjang sesenteng, sabuk, dan menggunakan alas kaki.
DI tempat ibadah itu, anak-anak diperkenalkan mengenai pikiran yang hening, tenang, tentram, dan siap memusatkan pikiran untuk berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025