Marty Natalegawa: KAA 1955 hasil kepemimpinan transformatif bagi dunia

4 days ago 9

Jakarta (ANTARA) - Mantan menteri luar negeri RI Marty Natalegawa memandang Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 sebagai hasil dari kepemimpinan transformatif para pemimpin yang memperjuangkan dunia yang lebih baik dan adil.

Meski menghadapi bermacam masalah dan tantangan domestik, pemimpin dari 29 negara di Asia dan Afrika berkumpul di Bandung, Jawa Barat, untuk mengikuti KAA dan berhasil mewujudkan perubahan dunia, kata Marty di Jakarta, Rabu.

“Para pemimpin saat itu tak hanya datang ke suatu acara dan tampil berfoto bersama, namun mereka sungguh-sungguh menunjukkan kepemimpinan transformatif,” ucap Marty dalam agenda peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika oleh CSIS Indonesia.

Menlu RI periode 2009—2014 itu mengatakan bahwa transformasi tersebut terbukti dari meningkatnya jumlah negara yang merdeka setidaknya dalam dua dasawarsa setelah KAA selesai.

“Bayangkan, ketika tahun 1955 hanya ada 76 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tapi dua dekade kemudian pada akhir tahun 1975 jumlahnya naik hampir dua kali lipat menjadi 144 negara,” kata dia.

Selain mendorong kemerdekaan negara-negara yang berhasil lepas dari belenggu kolonialisme, transformasi lain yang muncul di persada dunia lewat KAA adalah negara-negara yang baru merdeka saat itu semakin percaya diri untuk memilih posisi non-blok.

Menurut Marty, sebelum KAA, negara-negara baru merdeka merasa bahwa mereka harus “memilih kubu barat ataupun timur” di tengah meruncingnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

“Inilah yang dilawan oleh (KAA di) Bandung. Setelah itu, kita yakin bahwa kita punya suara ketiga, kita punya alternatif dan pilihan lain, dan kita pun pada akhirnya melahirkan Gerakan Non-Blok,” ucap mantan Menlu RI itu.

Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan pada 18--24 April 1955 di Bandung, Jawa Barat. Tahun ini menandai peringatan 70 tahun sejak konferensi internasional tersebut berlangsung.

KAA 1955 menghasilkan sepuluh pernyataan prinsip-prinsip dasar yang dikenal sebagai Dasasila Bandung atau “Bandung Principles”, yang kemudian menjadi semangat bagi negara-negara Asia dan Afrika menyelesaikan masalah kolonialisme.

Baca juga: Kemlu: Peringatan 70 tahun KAA disesuaikan dengan arahan Presiden RI

Baca juga: Dubes Zuhairi: Inisiatif Indonesia bangun kawasan Afrika disambut baik

Baca juga: 70 tahun KAA, Dasasila Bandung semakin relevan sebagai solusi global

Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |