MAMI: Stabilitas kurs dan pelonggaran likuiditas kunci pemulihan pasar

2 days ago 6

Jakarta (ANTARA) - Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha menyampaikan stabilitas nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan pelonggaran likuiditas menjadi kunci pemulihan sentimen pasar saham Indonesia.

Secara historis, pasar saham Indonesia cenderung mencatat kinerja positif saat kondisi nilai tukar rupiah stabil atau menguat, serta kondisi likuiditas melonggar.

“Kami berharap ini dapat terjadi setelah ‘the dust settles’ ketika pengenaan tarif AS sudah lebih jelas, apalagi jika kemudian juga dibantu oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” ujar Dimas di Jakarta, Rabu.

Sejak Januari 2025, Ia menjelaskan keresahan pasar terus meningkat di tengah banyaknya informasi terkait kebijakan tarif AS yang tidak lengkap dan berubah-ubah.

Tercatat, indeks ketidakpastian kebijakan perdagangan pada Februari 2025 melesat ke level tertinggi kedua sejak kenaikan di era perang tarif tahun 2018.

“Kami berharap setelah ada kejelasan dan informasi rinci terkait tarif, maka pasar dapat mengkaji ulang risiko dan peluang yang ada, sehingga volatilitas pasar bisa mereda,” ujar Dimas.

Sementara itu, dari sisi moneter global, komentar terakhir ketua The Fed Jerome Powell mengindikasikan bahwa arah kebijakan moneter saat ini cenderung tidak tergesa-gesa untuk menurunkan suku bunga.

Selain faktor ketidakpastian kebijakan tarif, pertimbangan lainnya yaitu inflasi yang meskipun sudah turun jauh, masih tetap belum mencapai target 2 persen, serta sektor tenaga kerja yang masih kuat.

Di sisi lain, secara tidak langsung The Fed juga mengindikasikan potensi pemangkasan lebih agresif dapat terjadi apabila indikator ekonomi menunjukkan pelemahan.

“Sejauh ini ekspektasi pasar atas pemangkasan FFR tahun ini masih cukup selaras dengan proyeksi The Fed sendiri, yaitu 50 basis poin,” ujar Dimas.

Bagi Indonesia, menurutnya, risiko atas pengenaan tarif resiprokal cenderung terbatas karena tingkat tarif rata-rata antara Indonesia dan AS yang ada saat ini setara kisaran 4 persen, meskipun masih harus menunggu apakah tarif resiprokal yang akan diimplementasikan mengacu pada level rata-rata tarif antara kedua negara, atau per kategori barang.

Sementara itu, untuk pengenaan 25 persen tarif untuk baja, tercatat ekspor baja ke AS tahun 2023 hanya senilai 199 juta dolar AS setara 0,07 persen dari total ekspor seluruh komoditas Indonesia yang senilai 264 miliar dolar AS, sehingga dampaknya cukup minim.

Baca juga: Kurs rupiah terpengaruh sinyal dari beragam data ekonomi AS

Baca juga: Rupiah bisa peroleh sentimen positif jika kebijakan DHE SDA berhasil

Baca juga: MAMI proyeksikan imbal hasil obligasi RI kisaran 6-6,25 persen di 2025

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |