Depok (ANTARA) - Mahasiswa Departemen Teknik Kimia angkatan 2021, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Deni Suryo Pratama melakukan penelitian potensi hidrogen geologis pertama di Indonesia.
Deni Suryo dalam keterangannya, Sabtu, mengatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan skema Gross Split – Nonkonvensional (95 persen untuk kontraktor dan 5 persen untuk pemerintah) merupakan opsi paling ekonomis.
”Jika gas alam dijual sebagai produk sampingan, Levelized Cost of Hydrogen (LCOH) bisa ditekan hingga 3,89 USD/MMBTU. Namun, tanpa penjualan gas alam, nilai LCOH melonjak signifikan hingga 13,39 USD/MMBTU,” jelas Deni.
Deni menjadi menjadi pelopor dalam kajian potensi produksi hidrogen geologis pertama di Indonesia.
Deni Suryo mengkaji potensi produksi hidrogen geologis di Indonesia dengan mengangkat topik “Analisis Tekno-Ekonomi dan Evaluasi Regulasi Produksi Hidrogen Geologis di Tanjung Api, Sulawesi” melalui penelitiannya yang dilakukan di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Baca juga: Mahasiswa UI raih prestasi di ajang Bandung Perio Academy 2.0
Penelitian ini berfokus pada kawasan Tanjung Api, Sulawesi Tengah, yang berdasarkan publikasi Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM tahun 2024, mengandung hidrogen alami mencapai 35,56 persen pada rembesan gas alamiah.
Temuan ini menjadikan Tanjung Api sebagai salah satu lokasi paling prospektif di Indonesia untuk pengembangan energi bersih berbasis hidrogen.
Untuk memaksimalkan potensi tersebut, Deni mengusulkan penggunaan teknologi Pressure Swing Adsorption (PSA), yang mampu menghasilkan hidrogen dengan kemurnian 99,99 persen dan tingkat pemulihan 87,4 persen.
Sedangkan evaluasi ekonomi dilakukan menggunakan pendekatan Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).
Baca juga: Mahasiswa UI juara satu oral presentation kompetisi ilmiah neurologi
Analisis sensitivitas yang dilakukan dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa laju alir produksi menjadi faktor penting dalam menentukan kelayakan ekonomi proyek.
Selain itu, skema Cost Recovery juga dinilai lebih sensitif terhadap perubahan variabel dibandingkan Gross Split, sehingga perlu perhatian khusus dalam implementasi teknis di lapangan.
”Jika hasil penelitian ini diimplementasikan secara nyata, maka produksi hidrogen geologis dari wilayah seperti Tanjung Api dapat menjadi alternatif energi bersih yang berkelanjutan sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor energi fosil,” ujarnya.
Lebih lanjut Deni mengatakan selain mendukung target Net Zero Emission 2060, teknologi ini juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kapasitas riset nasional, dan menyediakan sumber energi ramah lingkungan bagi industri maupun masyarakat umum, terutama di wilayah timur Indonesia yang kaya sumber daya namun minim infrastruktur energi.
Baca juga: Dua mahasiswa UI raih juara pada ajang GlobeHealth 2025 di Thailand
Baca juga: Mahasiswa UI raih medali perak kompetisi Indonesia teacher prize
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025