Jakarta (ANTARA) - Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia, terutama pada kelompok usia produktif yang tinggal di perkotaan. Penyakit ini terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah/arteri koroner karena adanya endapan lemak dan kolesterol.
Kondisi ini menyebabkan gangguan suplai darah ke jantung, yang berisiko memicu henti jantung mendadak atau sudden cardiac death.
Apa itu arteri koroner?
Arteri koroner adalah pembuluh darah utama yang berperan dalam memasok darah dan oksigen ke otot jantung agar dapat berfungsi dengan baik. Jantung memerlukan pasokan oksigen dan zat gizi lainnya untuk tetap sehat. Arteri koroner terbagi menjadi empat bagian utama, yaitu:
- Arteri koroner kanan: Bertanggung jawab memasok darah ke sisi kanan jantung.
- Arteri koroner kiri: Memasok darah ke sisi kiri jantung.
- Arteri desendens anterior kiri: Memastikan suplai darah ke bagian depan dan bawah jantung.
- Arteri sirkumfleksa kiri: Mengedarkan darah ke bagian samping dan belakang jantung.
Ketika terjadi penyumbatan atau penyempitan akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (aterosklerosis), otot jantung akan kekurangan pasokan darah. Jika kondisi ini terus berlangsung, sebagian otot jantung dapat mati, yang menyebabkan serangan jantung.
Baca juga: Dokter: Perlu asesmen penumpang pesawat yang miliki riwayat jantung
Gejala penyakit jantung koroner
Penderita penyakit jantung koroner dapat mengalami berbagai gejala yang bervariasi, antara lain:
- Nyeri dada atau ketidaknyamanan yang bisa menjalar ke leher, rahang, bahu, tangan kiri, punggung, atau perut sisi kiri.
- Keringat dingin, mual, muntah, atau mudah lelah.
- Irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia), yang bisa berkembang menjadi henti jantung mendadak.
- Sesak napas, terutama setelah aktivitas fisik atau stres.
- Pusing atau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba.
Jika mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.
Penyebab penyakit jantung koroner
Beberapa faktor dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, antara lain:
- Tekanan darah tinggi
- Kolesterol dan trigliserida tinggi
- Diabetes
- Obesitas
- Kebiasaan merokok
- Peradangan pada pembuluh darah
Kerusakan arteri ini dapat menyebabkan penumpukan plak yang akhirnya menyumbat aliran darah. Jika plak pecah, trombosit akan membentuk gumpalan darah yang bisa memblokir arteri sepenuhnya, menyebabkan serangan jantung.
Baca juga: Dokter: Cemas dan stres berkepanjangan picu munculnya sakit jantung
Faktor risiko penyakit jantung koroner
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung koroner, antara lain:
- Usia lanjut: Seiring bertambahnya usia, arteri cenderung menyempit dan menjadi lebih rapuh.
- Berjenis kelamin pria: Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan oleh U.S. National Library of Medicine, pria lebih rentan terkena penyakit jantung koroner dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan karena pria dianggap kurang adaptif mengatasi peristiwa stres secara fisiologis, perilaku, dan emosional yang berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit jantung koroner.
- Riwayat keluarga: Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung, risikonya akan meningkat secara genetik.
- Gaya hidup tidak sehat: Pola makan tinggi lemak jenuh, kurang olahraga, dan stres dapat mempercepat timbulnya penyakit.
- Hipertensi: Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko kerusakan pada dinding arteri.
- Diabetes: Peningkatan kadar gula dalam darah bisa mempercepat pembentukan plak di pembuluh darah.
- Konsumsi alkohol berlebihan: Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.
Baca juga: Apa yang menyebabkan henti jantung mendadak? Ini faktor risikonya
Dampak penyakit jantung koroner pada lansia
Lansia lebih rentan terhadap penyakit jantung koroner akibat penurunan fungsi fisiologis tubuh. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka kematian akibat penyakit ini mengalami peningkatan dari 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018. Selain itu, hipertensi pada lansia juga menjadi faktor utama yang memicu terjadinya penyakit jantung koroner.
Lansia dengan penyakit jantung koroner juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi, seperti gagal jantung, stroke, dan gangguan fungsi organ lainnya.
Pencegahan dan perubahan gaya hidup
Mencegah penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Salah satu langkah utama adalah mengatur pola makan dengan memilih makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol, serta memperbanyak konsumsi serat dari sayur, buah, dan biji-bijian.
Selain itu, berhenti merokok juga menjadi langkah penting karena nikotin dapat mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Manajemen stres yang baik juga sangat berpengaruh dalam menjaga kesehatan jantung. Melakukan teknik relaksasi seperti meditasi atau olahraga dapat membantu mengurangi tekanan psikologis yang bisa memicu penyakit ini. Selain itu, penting untuk mengontrol tekanan darah dan rutin berolahraga, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang, guna menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan jantung.
Menjaga berat badan ideal serta mengurangi konsumsi alkohol juga menjadi faktor penting dalam pencegahan penyakit ini. Pemeriksaan kesehatan secara rutin sangat disarankan untuk mendeteksi dini adanya masalah pada jantung, sehingga tindakan pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan lebih awal.
Baca juga: DCB dengan pola hidup sehat, solusi penyumbatan pembuluh darah koroner
Baca juga: Mengenal PFA, penanganan fibrilasi atrium yang efektif dan efisien
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025