Surakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan mitra konservasi melakukan pelepasliaran dua individu orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) yang lahir di Sekolah Hutan Jerora YPOS Sintang hasil rehabilitasi di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun.
Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat Murlan Dameria Pane dalam keterangan dikonfirmasi dari Surakarta, Jumat, menyampaikan pelepasliaran orang utan Artemis dan Gieke merupakan bagian dari upaya berkelanjutan pemerintah dalam melestarikan orang utan Kalimantan yang berstatus kritis menurut daftar merah IUCN.
"Pelepasliaran ini merupakan langkah strategis dalam memulihkan populasi orang utan di habitat alaminya. Kolaborasi lintas lembaga dan dukungan masyarakat menjadi fondasi utama dalam menjaga keberlanjutan ekosistem hutan Kalimantan," katanya.
Baca juga: Lima orang utan dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Yang unik, jelas Murlan, dua individu orang utan itu lahir di Sekolah Hutan Jerora ayasan Penyelamatan Orangutan Sintang (YPOS) dan bukan di tengah hutan rimba. Keduanya berhasil dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun pada Rabu (19/11).
Artemis adalah orang utan betina berusia enam tahun empat bulan yang lahir pada 1 April 2019, sedangkan Gieke adalah orang utan betina berusia enam tahun sepuluh bulan yang lahir pada 11 Oktober 2018.
Kedua individu menunjukkan kemampuan menjelajah, mengenali pakan alami dan membuat sarang dengan baik selama mengikuti sekolah hutan. Keduanya juga tidak menunjukkan ketergantungan pada manusia sehingga dinilai siap untuk dilepasliarkan.
Kegiatan pelepasliaran ini merupakan tahapan ke-17 sejak pertama kali dilaksanakan pada 2017, dengan total 37 individu hasil rehabilitasi dan satu individu hasil translokasi yang telah dilepasliarkan di Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun.
Setelah pelepasliaran, orang utan Artemis dan Gieke akan dipantau secara intensif menggunakan metode nest-to-nest selama tiga bulan, meliputi pemantauan aktivitas harian, pola makan, pergerakan serta respons terhadap habitat. Pemantauan dilakukan untuk memastikan keduanya mampu beradaptasi dengan baik dan hidup mandiri di alam liar.
Baca juga: Menhut: Tingkatkan kualitas ekosistem Taman Nasional Sebangau Kalteng
Baca juga: Kemenhut lepasliarkan 4 orang utan di Kaltim usai rehabilitasi
Kepala Balai Besar TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum, Sadtata Noor Adirahmanta mengatakan bahwa mitra dan jajarannya akan mendukung kegiatan pemantauan setelah pelepasliaran serta peningkatan peran masyarakat sekitar sebagai penjaga garis depan konservasi.
"Tanpa keterlibatan aktif masyarakat, mustahil konservasi dapat berjalan berkelanjutan. Kami berharap keberhasilan ini menjadi inspirasi untuk terus menjaga hutan Kalimantan bagi generasi mendatang," jelasnya.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































