Jakarta (ANTARA) - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menegaskan pelaut Indonesia harus mampu menguasai dan memaksimalkan pemanfaatan teknologi terbaru seiring berkembangnya era industri 5.0, guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme di sektor maritim.
"Saat ini harus kita pahami bahwa dunia dalam disrupsi, dalam perubahan yang sangat besar," kata Sekretaris BPSDMP Kemenhub Wisnu Handoko pada acara wisuda dan Bon Voyage 282 Perwira Transportasi Laut lulusan Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Sulawesi Utara sebagaimana keterangan, di Jakarta, Minggu.
Dalam arahannya Sekretaris BPSDMP Kemenhub itu mengungkapkan bahwa tema yang diusung pada Bon Voyage, yaitu “Forging Maritime Future Through Innovation and Development of Digital Competencies for Seafarers” sangat sesuai dengan kondisi saat ini dengan disrupsi sedang terjadi sangat masif.
“Kita bisa melihat perang dagang yang baru-baru ini antara Amerika Serikat dan China, bahkan melibatkan hampir seluruh negara-negara maju di dunia. Ini adalah fenomena baru yang barangkali mungkin di generasi saya belum dijumpai," ujarnya.
Wisnu menyampaikan bahwa disrupsi teknologi dan digitalisasi 5.0 telah mendorong perubahan besar, dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan sistem robot mulai menggantikan peran manusia dalam dunia kerja termasuk transportasi.
Perkembangan itu menunjukkan sumber daya manusia bukan lagi satu-satunya yang diandalkan dalam operasional transportasi darat, laut, udara, maupun perkeretaapian di Indonesia dan dunia.
Menurutnya, banyak moda transportasi yang kini beroperasi dengan sedikit campur tangan manusia atau bahkan sepenuhnya otomatis menggunakan teknologi artificial intelligence dan sistem robotik yang terus berkembang pesat.
Ia juga mengingatkan lulusan untuk terbuka terhadap perkembangan teknologi, karena ke depan ada banyak pekerjaan yang berubah bahkan hilang seiring peran teknologi yang semakin dominan.
Dia mencontohkan perkembangan sistem perhitungan muatan kontainer yang dahulu dilakukan secara manual, kini telah digantikan sistem digital berbasis AI hanya dengan memasukkan sejumlah parameter dasar.
Kecerdasan buatan mampu menentukan posisi kontainer berbahaya atau berat secara otomatis, menggantikan proses perhitungan tradisional yang memerlukan waktu dan tenaga manusia cukup besar.
Tantangan bagi dunia pendidikan transportasi, khususnya pelayaran dan kepelabuhanan adalah beradaptasi dengan cepatnya perkembangan teknologi, seperti AI dalam kurikulum dan proses pembelajaran.
Wisnu menegaskan pentingnya memperbanyak ruang diskusi dan praktik antara mahasiswa, peserta diklat, dosen, serta instruktur agar tidak hanya bergantung pada teori, tetapi juga menghadapi fenomena digital secara nyata.
"Semua begitu cepat dilakukan, sehingga itu yang menjadi tantangan bagi kita di dunia pendidikan transportasi khususnya pelayaran dan kepelabuhanan," kata Wisnu.
Bon Voyage Poltekpel Sulawesi Utara diikuti 282 perwira transportasi laut dari Program Diploma III, Studi Nautika dan Permesinan Kapal, serta Diklat Peningkatan Ahli Nautika/Ahli Teknika Tingkat II hingga V.
“Kami dari segenap jajaran Poltekpel Sulawesi Utara berharap para lulusan menjadi SDM transportasi laut yang sukses berkontribusi dalam mendukung kemajuan sektor industri Transportasi Laut baik Pelayaran domestik maupun internasional di masa yang akan datang," kata Direktur Poltekpel Sulawesi Utara Detri Anwar.
Baca juga: Kemenhub sebut 1.352 pelaut Indonesia bekerja di atas kapal Panama
Baca juga: Pelaut dinilai berperan dukung Indonesia sebagai poros maritim dunia
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025