Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo menyatakan optimis terhadap peningkatan kualitas produk pertanian Indonesia melalui Program Training Indonesian Young Farmer Leader (IYFAL) Batch ke-39 yang digelar setiap tahun selama 11 bulan di Jepang.
Sikap optimistik itu disampaikan Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi saat menerima kunjungan 17 peserta IYFAL Batch ke-39 di KBRI Tokyo, Kamis (20/2).
"Tidak semua petani memiliki kesempatan seperti ini. Oleh karena itu saya berharap ilmu yang teman-teman dapat selama mengikuti program ini dapat segera diterapkan di daerah asal," kata Dubes Heri melalui keterangan pers yang diperoleh di Jakarta, Sabtu (22/2).
Kepada peserta program, Dubes Heri mengingatkan kembali bahwa Jepang memiliki tingkat efisiensi produksi teknologi pertanian yang sangat maju dan sistem pertanian berkelanjutan yang dapat menjadi referensi bagi petani muda Indonesia.
Dia mengatakan sebanyak 63 persen kebutuhan pangan di Jepang adalah impor. Oleh karena itu, ada banyak potensi produk makanan yang semestinya bisa diekspor ke Jepang.
Namun demikian, Jepang memiliki standar food safety yang sangat tinggi sehingga tidak mudah untuk mengekspor produk pertanian ke Jepang, kata Dubes.
Oleh karena itu, dia berharap pelatihan di bidang pertanian di Jepang itu dapat meningkatkan kualitas produk pertanian Indonesia sehingga meningkatkan potensi ekspor produk pertanian Indonesia ke Jepang.
“Saya berharap melalui program ini dapat memperkuat kerja sama Indonesia-Jepang di bidang pertanian melalui pertukaran pengetahuan, teknologi, dan jaringan usaha tani," tambah Dubes Heri.
Dalam keterangan tersebut, disebutkan juga bahwa salah seorang peserta program bernama Zulkifli Mubarak, petani asal Sulawesi Selatan, mengaku senang mengikuti program pelatihan yang rencananya akan ia terapkan di daerah asalnya.
"Saya ditempatkan di daerah pertanian sayuran di Toyoakeshi, Prefektur Aichi. Di sana saya belajar menanam tomat dan sayur mayur. Saya berencana mencoba menanam tomat dan melon. Untuk tomat, saya mau uji coba menanam ukuran kecil seperti di Jepang," katanya.
Sementara itu, Muhammad Roisul Amin, petani asal Probolinggo yang ditempatkan di Hashimoto, Wakayama, berkesempatan belajar menanam padi dan beternak ayam. Ia mengaku tertarik mengembangkan peternakan 300 ekor ayam, terutama dalam hal peningkatan kualitas ayam petelur.
Program IYFAL dimulai sejak 1984 dalam rangka peningkatan kapasitas petani muda melalui Program Pelatihan dan Magang ke Jepang.
Saat ini telah ada lebih dari 1.500 peserta dan tergabung dalam IKAMAJA (Ikatan Alumni Magang Jepang).
Sebelum berangkat, peserta mengikuti diklat pemantapan selama 21 hari dengan materi bahasa dan budaya Jepang, pelatihan Fisik, Mental, Disiplin (FMD), dan agribisnis modern di balai pelatihan milik Kementerian Pertanian di Ciawi Bogor dan IKAMAJA.
Setelah mengikuti program tersebut, para petani muda Indonesia diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam teknologi pertanian modern, efisiensi produksi, dan manajemen agribisnis.
Pelatihan tersebut juga diharapkan mendorong regenerasi petani dengan memberikan pengalaman langsung dari negara maju.
Baca juga: KBRI Tokyo perkuat kerja sama tenaga kerja perikanan Indonesia-Jepang
Baca juga: Sekolah Vokasi IPB teken kerja sama dengan institusi Jepang
Pewarta: Katriana
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025