Beijing (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing menegaskan perannya untuk semaksimal mungkin menghubungkan kepentingan Indonesia di kelompok ekonomi BRICS.
"KBRI Beijing fokus menangani hubungan bilateral dengan Tiongkok, kami akan mencari waktu untuk bertemu dengan Kementerian Luar Negeri China atau kementerian yang menangani BRICS di sini agar mendapatkan informasi apa saja yang perlu diperhatikan dalam keanggoatan tetap BRICS," kata Wakil Kepala Perwakilan RI di Beijing, Parulian Silalahi di KBRI Beijing, China, Jumat (10/1).
Parulian juga memastikan akan melaporkan hasil pertemuan tersebut ke pusat, (Jakarta, red), seusai acara "nonton bersama" Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) di Jakarta, pada Jumat.
Dalam PPTM tersebut, Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan Indonesia secara resmi telah bergabung menjadi anggota BRICS hanya dalam kurun waktu sekitar 3 bulan setelah permintaan resmi Indonesia untuk menjadi anggota penuh.
Indonesia diumumkan sebagai anggota tetap BRICS pada 6 Januari 2025, sementara pernyataan resmi untuk bergabung ke BRICS disampaikan pada Oktober 2024.
Dengan singkatnya "masa tunggu" untuk menjadi anggota tetap tersebut, Menlu Sugiono menilai bahwa Indonesia dipandang sebagai negara yang penting untuk bisa segera bergabung.
"Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota tetap BRICS sebetulnya bukan hal yang baru atau aneh, tetapi proses yang cepat itu memang menjadi pertanyaan banyak pihak," kata Parulian.
"Pertama itu menunjukkan bahwa Indonesia itu sangat berarti, strategis, sehingga dari beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum menjadi anggota tapi Indonesia sudah langsung mendapat 'full membership' bahkan mendahului beberapa negara mitra yang dari Asia Tenggara," ungkap Parulian lagi.
Parulian menyebut, sejumlah diplomat dari negara anggota tetap BRICS seperti Rusia dan India juga sudah memberikan selamat atas bergabungnya Indonesia sebagai anggota tetap BRICS.
"Sedangkan mitra kita dari negara ASEAN juga menyampaikan perhatiannya karena Indonesia dapat diterima sebagai anggota tetap BRICS dalam tempo yang relatif singkat," tambah Parulian.
KBRI Beijing, ungkap Parulian, juga akan membantu dalam pemenuhan sejumlah syarat lanjutan yang harus dipenuhi sebagai anggota tetap BRICS.
"Memang yang menangani langsung di Kementerian Luar Negeri ada di bagian multilateral, tapi sebagai kelompok regional, pasti ada syarat-syarat yang harus dipenuhi anggota BRICS baik kebijakan maupun program, itu juga yang akan kami maksimalkan di sini yaitu sebagai saluran 'channeling'," kata Parulian.
Menlu Sugiono sendiri mengatakan keputusan Indonesia masuk sebagai anggota BRICS merupakan wujud dari politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Keputusan tersebut juga bukan sebagai hasil kerja semalam, melainkan hasil dari kiprah, konsistensi dan keteguhan diplomasi Indonesia selama puluhan tahun.
Sebagai anggota BRICS, Menglu Sugiono mengungkapkan Indonesia akan memastikan untuk menjembatani kepentingan negara-negara berkembang dan kawasan Indo-Pasifik, dan akan terus aktif mencegah meruncingnya persaingan geoekonomi dan geopolitik.
Sugiono mengatakan Keanggotaan Indonesia dalam BRICS bukan merupakan sesuatu kebijakan yang terisolir karena sebelumnya, Indonesia juga aktif dalam kelompok multilateral yang lain.
Indonesia aktif antara lain dalam G20, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF), MIKTA (Mexico, Indonesia, Korea, Türkiye dan Australia) dan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) hingga dalam proses aksesi sebagai anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Dalam rangkaian acara PPTM tersebut, Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun juga diumumkan sebagai pemenang "Digital Head of Mission".
Dubes Djauhari diketahui memiliki sekitar 20 ribu pengikut di media sosial Instagram.
Baca juga: RI pastikan jembatani kepentingan negara berkembang melalui BRICS
Baca juga: Rusia: RI di BRICS berperan penting satukan Timur-Selatan Global
Baca juga: Peluang apa yang menanti Indonesia dengan bergabung dalam BRICS?
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025