Israel Tingkatkan Operasi Darat di Gaza dan Longgarkan Blokade

2 hours ago 2

Yerusalem (ANTARA) - Israel pada Minggu (18/5) melancarkan serangan darat besar-besaran ke sejumlah wilayah di Jalur Gaza, menandai babak baru dalam konfliknya dengan Hamas.

Sementara itu, Israel mulai melonggarkan blokade untuk mengizinkan masuknya bantuan secara terbatas ke wilayah tersebut di tengah meningkatnya tekanan internasional untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang kian memburuk.

Militer Israel mengatakan bahwa pasukan darat, termasuk pasukan cadangan, melancarkan "operasi ekstensif" di Gaza utara dan selatan di bawah serangan yang mereka namai sebagai "Kereta Perang Gideon" (Gideon's Chariots). Peluncuran operasi ini menandai babak baru dalam konflik Israel dengan Hamas dan faksi-faksi militan lainnya yang telah berlangsung selama 20 bulan.

Tujuan dari operasi "Kereta Perang Gideon" itu termasuk merebut wilayah-wilayah penting dari daerah kantong tersebut, mendorong mayoritas penduduk Gaza yang berjumlah sekitar 2 juta agar bergerak lebih jauh ke arah selatan, dan melanjutkan distribusi bantuan kemanusiaan di bawah pengawasan Israel yang lebih ketat, kata para pejabat Israel.

Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan telah menewaskan "puluhan" militan, membongkar infrastruktur militer di permukaan maupun di bawah tanah. Dan kini, pihaknya telah menempati posisi-posisi strategis di dalam Gaza dan berjanji akan melanjutkan operasi di Jalur Gaza "untuk membela warga sipil Israel."

Selain operasi darat, Israel juga melancarkan serangan udara ke daerah kantong tersebut, menewaskan sedikitnya 110 orang, ungkap sumber-sumber Palestina.

Evakuasi korban akibat serangan Israel di Jalur Gaza. (Xinhua)

Di tengah meningkatnya kritik internasional atas krisis kemanusiaan yang buruk di Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu mengumumkan keputusan untuk mencabut blokade di Gaza guna mengizinkan masuknya bantuan secara terbatas

Sejak Israel melanjutkan operasi militernya pada 18 Maret, sebanyak 3.193 warga Palestina tewas dan 8.993 lainnya terluka, menjadikan total korban tewas di Gaza sejak konflik tersebut dimulai pada Oktober 2023 menjadi 53.339 orang, dengan 121.034 lainnya terluka, ungkap otoritas kesehatan di Gaza.

Badan-badan PBB telah melaporkan kondisi kemanusiaan yang memburuk di Gaza sejak blokade tersebut diberlakukan pada 2 Maret lalu. Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification) sebelumnya pada Mei ini melaporkan bahwa sekitar 93 persen penduduk Gaza mengalami kerawanan pangan, mulai dari tingkat krisis hingga katastrofe.

Dalam sebuah pernyataan, kantor Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan mengizinkan masuknya makanan dalam jumlah "mendasar" untuk penduduk Gaza guna mencegah krisis kelaparan, tanpa menyebutkan kapan bantuan tersebut akan mulai masuk atau melalui mekanisme apa.

Lembaga penyiaran publik milik pemerintah Israel, Kan, melaporkan bahwa pengiriman bantuan akan dimulai "secepatnya," dengan distribusi yang akan dilakukan oleh organisasi-organisasi bantuan internasional yang telah beroperasi di Gaza, sementara sebuah mekanisme distribusi baru, yang menurut Israel akan diimplementasikan melalui sebuah perusahaan Amerika Serikat, masih belum diluncurkan.

Sementara itu, kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa sebuah tim negosiasi Israel terlibat dalam perundingan tak langsung di Doha mengenai kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas, yang berpotensi mencakup pengakhiran konflik Gaza.

Menurut perkiraan Israel, 58 dari 251 sandera yang diculik Hamas dalam serangannya pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan masih berada di Gaza. Di antara 58 sandera tersebut, 20 orang diyakini masih hidup.

Sejak Israel melanjutkan operasi militernya pada 18 Maret, sebanyak 3.193 warga Palestina tewas dan 8.993 lainnya terluka, menjadikan total korban tewas di Gaza sejak konflik tersebut dimulai pada Oktober 2023 menjadi 53.339 orang, dengan 121.034 lainnya terluka, ungkap otoritas kesehatan di Gaza pada Minggu tersebut.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |