Hong Kong (ANTARA) - Ketika ditanya mengapa dirinya memilih Hong Kong sebagai pasar luar negeri pertama bagi perusahaan perangkat medis pintarnya, pengusaha asal Finlandia, Ville Lindström, hanya menjawab, "Mengapa tidak?"
"Saya yakin dapat menemukan mitra di sini. baik untuk penelitian dan pengembangan (litbang) maupun pendanaan," kata Lindström di stannya dalam Forum Keuangan Asia (Asian Financial Forum) ke-18.
Saat acara penutupannya pada Selasa (14/1), forum tersebut mengirimkan pesan tegas bahwa Hong Kong berada di posisi yang tepat untuk mengembangkan penggerak pertumbuhan yang dapat membawa perubahan.
"Sejumlah universitas dan institut penelitian Hong Kong dapat memacu inovasi dan peningkatan industri dengan baik," kata Lin Yifu, dekan Institut Ekonomi Struktural Baru di Universitas Peking.
Perusahaan-perusahaan global memadati kota tersebut karena kota itu mengembangkan sektor-sektor emerging seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), bioteknologi, teknologi finansial, dan material baru. Jumlah perusahaan di Hong Kong dengan perusahaan induk di luar negeri atau China Daratan meningkat ke angka 9.960 pada 2024, sementara jumlah perusahaan rintisan (startup) melonjak ke rekor 4.694, keduanya naik 10 persen dari tahun sebelumnya, menurut data lokal.
Menyebutkan bahwa Italia adalah rumah bagi perusahaan-perusahaan terkemuka di bidang-bidang seperti perlindungan lingkungan dan komputasi super, Davide Michele De Rosa, presiden Kamar Dagang Italia di Hong Kong dan Makau, mengharapkan kerja sama yang lebih erat antara perusahaan-perusahaan Italia dan perusahaan-perusahaan di Kawasan Teluk Besar (Greater Bay Area/GBA) Guangdong-Hong Kong-Makau demi kepentingan ekonomi China dan Italia.
Para ekonom di forum tersebut percaya bahwa Hong Kong memiliki peran yang lebih besar dalam hal transisi hijau, karena kota itu merupakan pusat keuangan hijau dan berkelanjutan terkemuka.
Pada 2023, nilai obligasi hijau dan berkelanjutan yang diterbitkan di Hong Kong menyumbang 37 persen dari total Asia. Hingga September lalu, Hong Kong telah menerbitkan sekitar 230 dana LST (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola), dengan aset kelolaan lebih dari 175 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.265). Nilai tersebut naik lebih dari 50 persen dari tiga tahun lalu.
Di salah satu langkah terbaru untuk mengonsolidasikan status globalnya dalam pembiayaan hijau, Hong Kong meluncurkan sebuah peta jalan menuju pengadopsian penuh Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards), Standar Pengungkapan Keberlanjutan atau Sustainability Disclosure Standards (Standar ISSB) pada Desember tahun lalu, mengharuskan entitas besar yang akuntabel secara publik untuk sepenuhnya mengadopsi Standar ISSB selambat-lambatnya pada 2028.
Permintaan untuk pembiayaan berkelanjutan di sejumlah kawasan seperti Asia Tenggara dan Timur Tengah siap dimanfaatkan Hong Kong dalam waktu dekat, tutur Ma Jun, ketua sekaligus presiden Asosiasi Keuangan Hijau Hong Kong (Hong Kong Green Finance Association).
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025