Ekonom Unand menyarankan Indonesia percepat negosiasi dengan AS

1 week ago 13
Langkah Presiden sudah tepat, tapi harus disegerakan.

Padang (ANTARA) - Ekonom sekaligus dosen Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat (Sumbar), Endrizal Ridwan menyarankan agar Pemerintah Indonesia segera bernegosiasi dengan Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menyikapi tarif timbal balik (reciprocal tariff).

"Saya menyarankan Indonesia membuka diri dan segera bernegosiasi dengan Amerika Serikat melalui pendekatan unilateral untuk menghapus hambatan perdagangan tertentu," kata Endrizal Ridwan, di Padang, Selasa.

Endrizal juga sepakat dengan pernyataan Presiden Prabowo yang menyatakan akan membuka jalur negosiasi dengan AS, dan memperkuat koordinasi dengan negara-negara anggota ASEAN.

"Langkah Presiden sudah tepat, tapi harus disegerakan. Negara lain seperti Vietnam sudah bergerak cepat. Kita harus jadi pionir, bukan pengekor," kata dia mengingatkan.

Kebijakan baru Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif timbal balik (reciprocal tariff) terhadap negara-negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia, dinilai berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional. Kebijakan yang berlaku mulai 9 April 2025 tersebut akan berdampak pada produk asal Indonesia dikenai bea masuk sebesar 32 persen, lebih tinggi dari Malaysia 24 persen dan Filipina 17 persen.

Menurutnya, Indonesia bersama negara lain yang dikenai tarif resiprokal akan berdampak besar. Apalagi AS merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia. Tahun 2024, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sebesar sekitar 16,8 miliar dolar AS dari nilai ekspor 26,3 miliar dolar AS.

Kebijakan Trump dinilai bisa memukul kedua belah pihak. Sebab, konsumen AS harus membayar harga lebih mahal yang bisa menurunkan permintaan termasuk terhadap produk Indonesia.

Di tingkat regional, Endrizal menilai Indonesia akan terdampak dalam kategori moderat. Untuk komoditas pakaian dan sepatu yang merupakan ekspor utama Indonesia, posisi Indonesia sedikit lebih kompetitif dibandingkan Vietnam yang dikenakan tarif lebih tinggi.

Namun, untuk komoditas seperti karet dan turunannya, Indonesia berpotensi kalah bersaing dengan Malaysia yang dikenai tarif lebih rendah. Artinya, semua negara dirugikan dengan tingkat yang berbeda-beda.

Meskipun demikian, ia melihat terdapat peluang strategis dalam pergeseran pendekatan ekonomi AS dari multilateral ke bilateral. Hal itu bisa terwujud apabila Indonesia segera bernegosiasi secara langsung dengan Presiden Trump.

Lebih lanjut, Endrizal menyebut sektor padat karya seperti tekstil, sepatu, dan UMKM merupakan sektor yang paling rentan. Penurunan ekspor bisa memicu pemutusan hubungan kerja dan melemahkan daya beli.

"Yang perlu diselamatkan bukan hanya perusahaannya, tetapi manusianya. Pemerintah perlu fokus pada bantuan langsung tunai bagi pekerja terdampak," ujar dia.

Baca juga: Zulhas sebut Indonesia segera melakukan diplomasi dengan AS

Baca juga: Ancaman tarif tambahan AS terhadap China dinilai bikin rumit keadaan

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |