Pacitan, Jatim (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, memastikan penanganan wabah PMK (penyakit mulut dan kuku) di daerahnya telah berjalan optimal, sehingga sebagian sapi yang terjangkit bisa disembuhkan.
"Total ada 39 ekor sapi yang bisa disembuhkan. Sisanya masih dalam penanganan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan, Sugeng Santoso di Pacitan, Senin.
Dari total populasi sapi di Pacitan yang mencapai 59 ribu ekor, tercatat 791 ekor sapi terjangkit PMK.
Sebanyak 672 ekor masih sakit, 44 ekor mati, 38 ekor sembuh, dan 37 ekor lainnya harus dipotong paksa.
Baca juga: Kementan salurkan 124.225 dosis vaksinasi PMK tahap awal
Baca juga: Ditemukan 10 kasus, Pemkab Cirebon perketat upaya penyebaran PMK
Sugeng menjelaskan bahwa secara teori, tingkat kematian akibat PMK hanya 3 persen dari total kasus. Namun, di Pacitan, angka kematian mencapai 10 persen.
"Musim hujan dengan tingkat kelembapan tinggi menjadi salah satu faktor penyebab. Selain itu, pakan yang lembab dapat menyebabkan keracunan pada sapi," katanya.
Sugeng juga menyoroti fakta bahwa seluruh sapi yang terjangkit PMK di Pacitan adalah sapi potong, sementara sapi perah tidak ada yang terkena.
Ia menduga kebersihan kandang sapi perah yang rutin dibersihkan pagi dan sore menjadi faktor pencegahan.
"Kami terus melakukan edukasi kepada peternak untuk menjaga kebersihan kandang, termasuk menggunakan disinfektan," ucapnya.
Salah satu peternak di Lingkungan Plelen, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan Kota, Jarwanto, mengungkapkan bahwa dari 30 ekor sapinya, delapan ekor sempat terjangkit PMK.
"Rinciannya, satu ekor mati, empat sembuh, dan empat lainnya terpaksa dijual. Kami berharap segera ada vaksin untuk sapi yang sehat," ujarnya.*
Baca juga: Bey: Kasus PMK meningkat pada 14 daerah di Jawa Barat, 53 ternak mati
Baca juga: 42 ekor ternak di NTB sembuh dari penyakit mulut dan kuku
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025