Jakarta (ANTARA) - Mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal menilai masyarakat sipil dunia berhasil menjadi kekuatan utama dalam menyuarakan aspirasi rakyat Palestina dan mendorong gencatan senjata di Gaza.
“Yang benar-benar menjadi juara dalam menyuarakan keinginan rakyat Palestina adalah masyarakat sipil,” kata Dino dalam diskusi bertema Gaza: Peace, Justice and a Future yang digelar IDN Times di Jakarta, Kamis.
Ia menilai peran masyarakat sipil tidak hanya mendorong tercapainya gencatan senjata, tetapi juga mengangkat isu Gaza menjadi perhatian utama dunia.
“Isu Gaza saat ini adalah ujian terbesar bagi moralitas dan kemanusiaan di zaman kita,” ujarnya.
Dino menegaskan bahwa bersikap netral di tengah krisis kemanusiaan Gaza adalah bentuk standar ganda.
“Netralitas dalam situasi seperti ini berarti ketidakadilan, karena ada standar yang tidak setara,” katanya.
Terkait kesepakatan gencatan senjata terbaru, Dino menyebutnya sebagai langkah maju yang penting mengingat penderitaan panjang masyarakat Gaza akibat serangan Israel.
Ia menilai hasil KTT Perdamaian Gaza di Sharm El-Sheikh, Mesir, menjadi titik terang meski masih banyak tantangan tersisa.
“Kekerasan Israel terhadap Gaza harus segera diakhiri. Gencatan senjata ini adalah langkah awal ke arah itu,” katanya.
Dino menambahkan, kesepakatan tersebut juga mendorong Israel untuk berkomitmen menghentikan perang dan tidak mencaplok Gaza.
“Ini memang baru komitmen di atas kertas, tetapi sudah menjadi langkah berarti,” ujarnya.
Menurutnya, bagi rakyat Palestina, gencatan senjata memberikan harapan untuk kembali ke tanah air mereka.
“Setidaknya, ada pernyataan tertulis dalam poin pertama rencana perdamaian berisi 20 butir yang diinisiasi oleh Presiden AS Donald Trump,” kata Dino.
Ia menekankan bahwa dunia harus terus menjaga momentum perdamaian agar tragedi kemanusiaan di Gaza tidak berulang.
Pewarta: Katriana
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.