Jakarta (ANTARA) - Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan bahwa nilai Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia meningkat menjadi Rp78,62 juta pada 2024 dari Rp75 juta pada 2023.
“PDB per kapita tahun 2024 adalah sebesar Rp78,62 juta atau sebesar 4.960,33 dolar AS per kapita,” kata Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Rabu.
PDB per kapita menjadi salah satu indikator tidak langsung dari besaran pendapatan per kapita, sehingga sering digunakan untuk menilai tingkat kemakmuran suatu wilayah.
Ia menyatakan bahwa nilai PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada tahun lalu mencapai Rp22.138,96 triliun, meningkat dari Rp20.892,4 triliun pada 2023.
Meskipun capaian PDB dan PDB per kapita meningkat, ia menyatakan bahwa perekonomian Indonesia secara kumulatif (c-to-c) tumbuh melambat pada 2024 dibandingkan pada 2023.
“Ekonomi Indonesia tahun 2024 tumbuh sebesar 5,03 persen, melambat dibanding capaian tahun 2023 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,05 persen (c-to-c),” ujarnya.
Amalia menuturkan bahwa perlambatan pertumbuhan tersebut sejalan dengan prediksi International Monetary Fund (IMF) yang memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara berkembang diperkirakan melambat ketimbang 2023 tetapi masih lebih tinggi daripada capaian global.
Proyeksi terbaru IMF per Januari 2025 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara berkembang turun menjadi 4,2 persen pada 2024 dari 4,4 persen pada 2023. Pertumbuhan ekonomi global juga diprediksi menurun ke level 3,2 persen dari sebelumnya 3,3 persen.
Tidak hanya negara-negara berkembang, sejumlah negara maju yang menjadi mitra dagang utama Indonesia juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Amalia menyampaikan bahwa pada triwulan IV 2024, China tumbuh menguat secara year on year, tapi melambat secara kumulatif, sedangkan Korea Selatan tumbuh melambat secara year on year, tapi menguat secara kumulatif.
Sementara Amerika Serikat dan India tumbuh melambat baik secara year on year maupun secara kumulatif.
Terkait kinerja perekonomian domestik, BPS mencatat bahwa sejumlah indikator menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan IV 2024.
Amalia mengatakan bahwa hal tersebut terlihat dari Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia yang berada pada zona ekspansi, yaitu sebesar 51,58, dengan kapasitas produksi terpakai sebesar 72,91 persen.
Ia juga menyatakan bahwa penjualan listrik tumbuh 3,63 persen year on year (yoy) dan 6,17 persen secara kumulatif didorong oleh peningkatan konsumsi listrik rumah tangga.
“Mobilitas masyarakat juga meningkat, yang mana hal ini diindikasikan oleh peningkatan jumlah penumpang untuk seluruh moda transportasi, jumlah perjalanan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, serta adanya momen Natal dan tahun baru yang juga mendorong peningkatan mobilitas penduduk serta aktivitas ekonomi lainnya,” jelasnya.
Amalia menuturkan bahwa kinerja positif juga terlihat pada realisasi investasi dalam negeri dan asing yang tumbuh sebesar 23,8 persen yoy dan 20,8 persen c-to-c.
Ia menyampaikan bahwa impor barang-barang modal juga menguat sebesar 9,86 persen yoy dan 6,55 persen c-to-c.
“Untuk pergerakan konsumsi masyarakat ditunjukkan oleh indeks penjualan eceran riil dan nilai impor barang konsumsi yang pada triwulan IV 2024 ini tumbuh, baik secara year on year (masing-masing 1,11 persen dan 8,31 persen) maupun secara c-to-c (masing-masing 3,01 persen dan 5,37 persen),” imbuhnya.
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025