Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan akan menuju ke batas bawah kisaran 11 persen hingga 13 persen pada tahun 2025, seiring dengan risiko ketidakpastian global yang masih berlangsung.
“Ke depan, berbagai risiko ketidakpastian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi prospek permintaan kredit dan preferensi penempatan aset likuid perbankan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.
Sehubungan dengan itu, Perry menyampaikan bahwa Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif, termasuk mengoptimalkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Bank Indonesia juga memperkuat implementasi ketentuan Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) untuk mendorong pendanaan perbankan bagi manajemen likuiditas dan penyaluran kredit ke sektor riil.
“Bank Indonesia juga akan terus mempererat koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mendorong pertumbuhan kredit dalam mendukung pembiayaan ekonomi,” kata Perry.
Pertumbuhan kredit pada Maret 2025 tercatat sebesar 9,16 persen year on year (yoy), lebih rendah dari 10,30 persen (yoy) pada bulan Februari 2025.
Pertumbuhan kredit investasi masih relatif tinggi, yaitu 13,36 persen (yoy), sementara pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing tercatat sebesar 9,32 persen (yoy) dan 6,51 persen (yoy).
Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit (lending standard) dan kondisi likuiditas masih memadai, meskipun sejumlah bank mulai menghadapi kendala dalam meningkatkan pendanaan baik Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun sumber lainnya untuk penyaluran kredit.
Dari sisi permintaan, kontribusi pertumbuhan kredit terutama didukung pada sektor industri, pertambangan, dan jasa sosial, sementara kontribusi pertumbuhan kredit pada sektor konstruksi dan perdagangan masih terbatas.
Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,18 persen (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 1,95 persen (yoy).
Adapun likuiditas perbankan tercatat memadai, yang tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Maret 2025 yang tinggi sebesar 26,22 persen.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Februari 2025 tercatat tinggi sebesar 26,95 persen.
Risiko kredit tetap terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan yang rendah, sebesar 2,22 persen (bruto) dan 0,81 persen (neto) pada Februari 2025.
“Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, serta ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga,” kata Perry.
Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan perbankan dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
Baca juga: Perbanas proyeksikan kredit tumbuh di kisaran 10,6 persen pada 2025
Baca juga: Bank Sampoerna targetkan pertumbuhan kredit hingga 12 persen tahun ini
Baca juga: OJK sebut target pertumbuhan kredit bank 9-11 persen masih realistis
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025