Bandung (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai ancaman bencana susulan berupa aliran lahar dingin Gunung Semeru, menyusul tingginya intensitas hujan dalam dua hari terakhir ini.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Priatin Hadi Wijaya, di Bandung, Jumat, mengatakan meskipun guguran awan panas sudah tidak terdeteksi pada hari ini, aktivitas erupsi masih tergolong tinggi.
"Yang kami khawatirkan saat ini adalah potensi bencana kedua. Erupsi masih terjadi 36 hingga 45 kali dalam 12 jam, yang berarti material vulkanik terus menumpuk di sekitar kawah dan berpotensi jadi banjir lahar dingin," ujarnya.
Hadi menjelaskan tumpukan material vulkanik hasil erupsi tersebut berpotensi besar berubah menjadi lahar dingin ketika bercampur dengan air hujan.
Berdasarkan pantauan PVMBG, curah hujan di kawasan puncak dan lereng Semeru cukup tinggi selama dua hari terakhir.
Hal ini meningkatkan risiko material tersebut turun ke daerah aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru.
"Kami sudah mengantisipasi agar tidak ada aktivitas masyarakat, termasuk penambang pasir, di radius 20 kilometer dari arah sektoral tenggara ke selatan," katanya.
Hingga saat ini, status Gunung Semeru masih berada pada Level IV (Awas).
PVMBG merekomendasikan area sterilisasi sejauh delapan kilometer dari puncak untuk segala aktivitas, guna menghindari risiko lontaran batu pijar yang masih mungkin terjadi.
Baca juga: PVMBG sebut 137 pendaki Semeru aman di zona 8 kilometer
Baca juga: Pemkab Lumajang percepat pembersihan APG Semeru secara intensif
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































