Ramallah/Gaza (ANTARA) - Sebuah aksi mogok umum berlangsung pada Senin (7/4) di seluruh Tepi Barat untuk menentang serangan Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza.
Toko, pasar, sekolah, universitas, bank, dan kantor publik telah ditutup, sementara jalur transportasi terhenti akibat aksi mogok yang diserukan oleh faksi-faksi Palestina.
Di Kota Ramallah, Tepi Barat bagian tengah, ratusan warga Palestina turun ke jalan untuk mengutuk "kejahatan" Israel di Gaza, dengan mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan slogan-slogan --yang menuntut pengakhiran serangan Israel-- sembari berpawai melewati jalanan di pusat kota tersebut.
Aksi mogok itu bertujuan untuk mengutuk serangan Israel terhadap wilayah kantong Palestina tersebut, yang telah "membunuh dan menghancurkan Gaza, dengan keterlibatan dan dukungan Amerika," dan mendesak masyarakat internasional untuk memenuhi kewajibannya, kata Issam Bakr, Koordinator Pasukan Nasional dan Islam Palestina di Ramallah, kepada Xinhua.
Aksi unjuk rasa menentang Israel juga digelar di luar Tepi Barat oleh pihak-pihak yang menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina, ujar Bakr.
Menurut kantor berita Palestina --WAFA, aksi unjuk rasa semacam itu juga diadakan di Tunisia, Yordania, Suriah, dan Lebanon.
Menurut otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza, sebanyak 56 orang tewas sementara 137 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir, menambah total korban tewas dan luka-luka masing-masing menjadi 1.391 dan 3.434 sejak Israel mengakhiri gencatan senjata pada Januari dan kembali melancarkan serangan di seantero Gaza pada 18 Maret.
Total korban tewas di Gaza telah mencapai 50.752 orang, dan 115.475 lainnya terluka, sejak dimulainya operasi militer Israel di wilayah kantong itu pada 7 Oktober 2023, lapor otoritas kesehatan tersebut.
Selain itu, serangan Israel kian membebani sistem kesehatan di Gaza. Menurut pernyataan otoritas kesehatan di Gaza pada Senin, 37 persen obat-obatan dan 59 persen pasokan medis di Jalur Gaza telah habis.
Pernyataan itu pun menyebutkan bahwa departemen-departemen vital di rumah sakit dioperasikan menggunakan generator, yang terancam mati akibat kelangkaan bahan bakar dan suku cadang.
Selain itu, lebih dari separuh persediaan obat kanker dan penyakit darah telah habis sehingga membahayakan nyawa para pasien.
Sementara itu, Komisaris Jenderal Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) Philippe Lazzarini melalui akun media sosialnya memperingatkan bahwa "dua juta warga (di Gaza) mengalami trauma dan syok seumur hidup, berjuang melawan luka kesehatan mental yang tak kasat mata."
Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2025