Ahli: Perlu One Health tangani flu burung dan pandemi akibat zoonosis

3 weeks ago 5

Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan pendekatan One Health perlu diimplementasikan sebagai tindak lanjut dari surat edaran dari Kementerian Kesehatan terkait dengan kesiapsiagaan menghadapi flu burung dan ispa.

"Potensi penyebaran penyakit dari hewan ke manusia memang patut diwaspadai, karena sekali lagi bukan hanya soal flu burung yang ada dalam Surat Edaran, tapi juga salah satu kemungkinan pandemi," katanya di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan bahwa berdasarkan daftar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang penyakit-penyakit yang dapat menjadi pandemi, terdapat tiga kelompok penyakit, salah satunya adalah zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia.

Baca juga: BRIN perkuat kolaborasi riset "One Health", cegah penyakit zoonosis

Adapun yang kedua influenza dalam berbagai jenisnya, karena virus influenza itu dapat bermutasi dari waktu ke waktu, dan yang ketiga disebut sebagai Disease X, yakni patogen (virus, bakteri, jamur) yang belum diketahui yang dapat menimbulkan penyakit.

"Nah untuk menangani penyakit yang menular dari manusia ke hewan ini tidak bisa ditangani oleh kesehatan manusia saja. Harus ditangani bersama-sama oleh kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan," kata dia.

Tjandra berharap, adanya kerja sama multisektoral untuk penanganan dan peningkatan kewaspadaan sesuai surat edaran tersebut.

Dia mencontohkan di tingkat ASEAN pada 2022 ada deklarasi oleh para pemimpin kesepuluh negara anggota, yang menyoroti pentingnya One Health.

Sebelumnya, merespons laporan peningkatan kasus flu burung atau Avian Influenza di beberapa negara, Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Edaran Nomor PM.03.01/C/28/2025, guna meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penyebaran serta memastikan kesiapsiagaan semua pihak terkait.

Dalam keterangan yang diterima pada Rabu (8/1) Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Yudhi Pramono menyebutkan meski risiko flu burung terhadap kesehatan manusia secara global saat ini dinilai rendah, langkah antisipasi tetap diperlukan.

Indonesia, ujarnya, hingga kini masih merupakan daerah endemis flu burung pada unggas, dengan virus jenis Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) yang terus bersirkulasi. Mengutip laporan dari World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), dan World Organisation for Animal Health (WOAH), dia menyebutkan pada Desember 2024 tercatat peningkatan kasus flu burung pada mamalia di berbagai negara.

"Tahun 2024 sebaran kasus Flu Burung di dunia dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yaitu di China (1 kasus), Vietnam (2 kasus), Cambodia (10 kasus), dan Ghana (1 kasus), Amerika Serikat (65 kasus), Canada (1 kasus), Mexico (1 kasus), India (1 kasus) dan Australia (1 kasus)," katanya.

Baca juga: Pakar: SE Kemenkes terkait kasus flu burung pada manusia di AS

Baca juga: Kemenkes terbitkan SE tingkatkan kesiapsiagaan hadapi flu burung

Baca juga: Pakar konservasi ingatkan masyarakat tidak memelihara satwa liar

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |