6 alasan Gen Z kesulitan beli rumah, ini faktor penyebabnya

4 days ago 4

Jakarta (ANTARA) - Generasi Z (Gen Z) di Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan impian untuk memiliki rumah sendiri. Berbagai faktor, baik ekonomi maupun sosial, turut mempengaruhi langkah mereka untuk membeli properti yang menjadi impian banyak orang.

Namun, meskipun terdapat berbagai hambatan, tidak sedikit dari mereka yang tetap berusaha keras untuk mengatasi kesulitan tersebut. Perubahan dalam pola pikir dan gaya hidup juga menjadi salah satu faktor yang mendorong mereka untuk mencari cara agar impian memiliki rumah bisa terwujud.

Kendati demikian, kenaikan biaya hidup dan inflasi yang tidak terkendali menambah beban finansial bagi Gen Z, membuat mereka ragu untuk membeli properti. Tantangan ini membuat impian memiliki rumah sulit dicapai, dan berikut adalah beberapa alasan mengapa Gen Z kesulitan membeli rumah, merangkum dari berbagai sumber:

Baca juga: Tipe perjalanan destinasi Gen Z yang cukup populer

6 alasan utama Gen Z kesulitan dalam membeli rumah

1. Kesenjangan antara harga properti dan pendapatan

Salah satu penyebab utama adalah kenaikan harga properti yang tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan Gen Z. Data menunjukkan bahwa harga rumah meningkat sekitar 10 persen dalam tiga tahun terakhir, sementara pendapatan rata-rata Gen Z masih di bawah Rp2,5 juta per bulan pada tahun 2023.

2. Biaya hidup dan inflasi yang meningkat

Kenaikan biaya hidup dan inflasi yang terus berlangsung juga memperburuk situasi. Kebutuhan dasar seperti makanan, transportasi, dan pendidikan semakin mahal, menyulitkan Gen Z untuk menabung guna membeli rumah.

3. Pekerjaan tidak tetap dan gig economy

Banyak anggota Gen Z bekerja di sektor informal atau gig economy, yang menawarkan fleksibilitas tetapi kurang stabil dari segi pendapatan dan tidak menyediakan tunjangan seperti asuransi kesehatan atau jaminan hari tua. Hal ini menyulitkan mereka untuk memenuhi syarat pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Baca juga: Konten digital yang digandrungi Gen Z selama Ramadhan

4. Gaya hidup konsumtif dan kurangnya literasi keuangan

Gaya hidup konsumtif yang dipengaruhi oleh media sosial dan tren seperti FOMO (Fear of Missing Out) membuat sebagian Gen Z lebih memilih pengeluaran untuk hiburan dan barang mewah daripada menabung. Kurangnya literasi keuangan juga menyebabkan mereka terjebak dalam utang konsumtif, seperti penggunaan layanan paylater, yang menghambat kemampuan menabung untuk uang muka rumah.

5. Akses kredit yang sulit

Persyaratan kredit yang ketat dan suku bunga yang tinggi menjadi hambatan tambahan. Gen Z sering kali belum memiliki riwayat kredit yang stabil, sehingga sulit mendapatkan persetujuan KPR.

6. Kurangnya prioritas terhadap kepemilikan rumah

Sebagian Gen Z belum menjadikan kepemilikan rumah sebagai prioritas utama. Mereka lebih fokus pada pengalaman hidup dan fleksibilitas, sehingga membeli rumah bukanlah tujuan jangka pendek.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah dan sektor swasta. Program subsidi perumahan, edukasi literasi keuangan, serta penyediaan produk kredit yang sesuai dengan kebutuhan Gen Z menjadi langkah penting dalam membantu mereka memiliki rumah.

Selain itu, Gen Z juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pendapatan mereka. Pengelolaan keuangan yang bijak akan sangat mendukung tercapainya tujuan untuk memiliki rumah sendiri, sekaligus memberikan fondasi yang kuat untuk masa depan mereka.

Baca juga: Qualcomm Snapdragon 8s Gen 4 meluncur untuk pasar global

Baca juga: KPPPA tekankan peran perempuan kembalikan nilai luhur budaya

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |