Jenewa (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis memperingatkan bahwa kelaparan dan penderitaan di Gaza masih parah meskipun gencatan senjata telah berlaku, menambahkan bahwa tingkat bantuan belum membaik dan evakuasi medis masih terlalu terbatas untuk memenuhi kebutuhan.
"Gencatan senjata yang diumumkan dua minggu lalu masih rapuh dan telah dilanggar, tetapi tetap berlaku, yang merupakan kabar baik bagi semua orang," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam jumpa pers di Jenewa. "Namun, krisis ini masih jauh dari selesai, dan kebutuhannya sangat besar."
Tedros menekankan bahwa "tidak ada perubahan jumlah bantuan sejak gencatan senjata, meski bantuan telah meningkat sejak gencatan senjata tetapi masih "hanya sebagian kecil" dari kebutuhan sebenarnya.
Ia menambahkan bahwa kelaparan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.
Sementara itu, banyak truk yang memasuki Gaza sekarang adalah truk komersial, yang tidak membantu, karena orang-orang tidak mampu membeli.
Terkait evakuasi medis, kepala WHO itu memperingatkan bahwa "evakuasi medis seminggu sekali tidaklah cukup," begitu pula dengan satu atau dua rute yang tersedia untuk operasi semacam itu.
Ia mendesak Israel untuk mengizinkan pasien bepergian ke Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, untuk segera menerima perawatan. "Bagi sebagian orang, penundaan berarti kematian," ujarnya, karena 700 orang telah meninggal dunia saat menunggu.
Namun, ia menekankan bahwa 15.000 pasien, termasuk 4.000 anak-anak, memerlukan perawatan di luar Gaza, dan mendesak negara-negara lain untuk menerima lebih banyak pasien.
Ia mendesak pembukaan semua penyeberangan, termasuk Rafah, yang seharusnya dibuka minggu lalu, dan menambahkan bahwa "sejumlah besar bantuan telah terkumpul di Al-Arish, Mesir yang siap memasuki Gaza segera setelah penyeberangan dibuka."
Menurut Tedros, rencana gencatan senjata 60 hari WHO membutuhkan $45 juta (sekitar Rp 748,1 miliar) untuk mempertahankan layanan penyelamatan jiwa, memperkuat pengawasan penyakit, dan mengoordinasikan mitra. Namun, ia memperingatkan bahwa membangun kembali sistem kesehatan Gaza "akan menelan biaya setidaknya $7 miliar (sekitar Rp 116,38 triliun)."
Lebih dari 170.000 orang terluka, termasuk 5.000 orang yang diamputasi dan 3.600 orang dengan luka bakar parah, sementara sekitar satu juta orang membutuhkan perawatan kesehatan mental, katanya.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Trump: Israel akan kehilangan dukungan AS jika caplok Tepi Barat
Baca juga: Media: AS cari dukungan biaya dan militer Arab untuk stabilitas Gaza
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.