Wamenekraf dorong film dokumenter bisa dimonetisasi agar berkelanjutan

7 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar mendorong karya film dokumenter dapat dimonetisasi dan berkelanjutan di industri perfilman.

Dalam audiensi dengan Forum Film Dokumenter (FFD), organisasi nirlaba yang menjadi pelopor festival film dokumenter pertama di Asia Tenggara, Irene menerima sejumlah aspirasi salah satunya sulitnya menemukan model bisnis yang memungkinkan film dokumenter memperoleh nilai ekonomi yang layak meski karya mereka diakui secara artistik dan berdampak sosial.

“Kita harus tahu siapa pasar dari film dokumenter ini, karena dokumenter diproduksi untuk mengedukasi dan membangun awareness masyarakat. Tapi saya setuju bahwa film dokumenter ini adalah salah satu alat penggerak ekonomi di Indonesia,” kata Irene dalam keterangan pers yang diterima, Kamis.

Wamen Ekraf Irene memahami bahwa film dokumenter memiliki dampak. Namun tentu perlu dukungan, terutama dari sisi pemerintah, agar karya para pejuang ekraf ini berkelanjutan, bukan hanya sekedar sukses di kancah festival nasional dan internasional.

Di Indonesia, industri film dokumenter memang masih menghadapi sejumlah hambatan untuk menciptakan perputaran ekonomi yang signifikan. FFD mengakui bahwa keterbatasan daya tarik komersial menjadi kendala utama, terutama karena mayoritas film dokumenter mengangkat tema-tema sensitif atau kontroversial, sehingga sulit mengandalkan penjualan tiket ataupun mendapatkan sponsor.

Baca juga: Wamenekraf ajak pelaku usaha kreatif berteman dengan teknologi

Memahami kondisi tersebut, Wamen Ekraf Irene mendorong agar para pelaku di industri film dokumenter mencari peluang agar dapat bertahan dan berkembang secara berkelanjutan.

Salah satu opsi yang dinilai potensial adalah menjalin kolaborasi dengan platform layanan streaming seperti Netflix, Vidio, atau pemain lokal lainnya, agar karya-karya dokumenter Indonesia memiliki ruang tayang yang lebih luas dan mendapatkan nilai ekonomi yang lebih baik.

“Kolaborasi adalah kunci agar roda ekonomi dalam industri film dokumenter terus berputar. Dengan membuka ruang kerja sama antara pembuat film, platform digital, dan pihak swasta, kita bisa membangun ekosistem yang tidak hanya menonjolkan nilai artistik, tetapi juga menciptakan keberlanjutan finansial bagi para kreatornya,” ungkap Wamen Ekraf Irene.

Manajer Program Forum Film Dokumenter, Vanis mengatakan komersialisasi seharusnya menjadi sesuatu yang berdampak positif, tapi selama ini justru menjadi hal yang sensitif bagi kreator film dokumenter.

Audiensi ini diharapkan menjadi awal dari upaya bersama untuk memperkuat ekosistem film dokumenter di Indonesia, agar para pembuat film tidak hanya mampu menghasilkan karya berkualitas, tetapi juga memperoleh manfaat ekonomi yang layak dari hasil kreativitas mereka.

“Justru dengan obrolan ini, kami bisa menyampaikan kepada teman-teman bahwa mengkomersialisasikan karya bukan berarti menjual segalanya, melainkan menghargai diri sendiri karena karya juga memiliki nilai, dan salah satu nilai itu adalah harga,” ucap Vanis

Baca juga: Wamenekraf dorong kawasan bersejarah jadi hub ekonomi kreatif

Baca juga: Kemenekraf ajak pengusaha hotel dukung pengembangan usaha kreatif

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |