Washington (ANTARA) - Wakil Presiden AS JD Vance pada Kamis mengatakan bahwa ia secara pribadi merasa terhina oleh "aksi politik" parlemen Israel dengan mengadakan pemungutan suara untuk memperluas kedaulatan Israel atas semua wilayah di Tepi Barat.
Di tengah kunjungan Vance ke Israel untuk mempromosikan rencana perdamaian Gaza Presiden AS Donald Trump, Knesset malah mengajukan rancangan undang-undang tentang perluasan kedaulatan Israel atas semua wilayah di Tepi Barat Sungai Yordan dalam pembacaan pertama sidang parlemen.
“Itu aneh. Saya agak bingung dengan hal itu. Saya bahkan bertanya kepada seseorang, dan mereka mengatakan kepada saya bahwa itu hanyalah pemungutan suara simbolis untuk mengakui atau mencaplok Tepi Barat,” kata Vance kepada wartawan ketika ditanya mengenai hal tersebut.
Ia menambahkan bahwa jika langkah tersebut dimaksudkan sebagai aksi politik, maka hal itu sesuatu yang sangat bodoh dilakukan dan secara pribadi membuatnya merasa tersinggung.
Vance juga menegaskan kembali posisi pemerintahan Trump bahwa AS tidak mendukung Israel untuk menganeksasi Tepi Barat.
"Kebijakan pemerintahan Trump adalah bahwa Tepi Barat tidak akan dianeksasi oleh Israel. Itu akan tetap menjadi kebijakan kami. Dan jika rakyat ingin memberikan suara simbolis, mereka boleh melakukannya, tetapi kami tentu saja tidak senang," tambah wakil presiden tersebut.
Pada 13 Oktober, Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani deklarasi gencatan senjata di Gaza.
Perjanjian itu menuntut Hamas membebaskan 20 sandera yang masih hidup yang telah ditahan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 1.718 tahanan Palestina dari Gaza dan 250 tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Sumber: Sputnik
Baca juga: Media: AS cari dukungan biaya dan militer Arab untuk stabilitas Gaza
Baca juga: Menlu AS: Rencana Israel caplok Tepi Barat ancam gencatan senjata Gaza
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.