Septi Mende dorong regulasi nasional untuk turnamen rekreasional

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Pelatih tenis profesional dan mantan atlet nasional Septi Mende mendorong Persatuan Lawn Tenis Seluruh Indonesia (PELTI) serta Persatuan Padel Indonesia (PBPI) untuk segera mengeluarkan pedoman nasional terkait klasifikasi level pemain dalam turnamen rekreasional.

Menurutnya, belum adanya aturan yang seragam membuat kompetisi di level komunitas rawan pelanggaran sportivitas.

“Saya sudah sampaikan ke Mas Gito (Suryono, Ketua Komite Pengembangan Komunitas PELTI), tolong keluarkan peraturan atau selebaran yang jadi patokan bagi komunitas penyelenggara turnamen. Jadi kalau ada protes, semuanya bisa mengacu ke aturan itu,” ujar Septi Mende saat ditemui usai jumpa pers turnamen The Prime Tennis & Padel Tournament di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan, saat ini banyak turnamen tenis dan padel diikuti oleh pemain rekreasional dengan latar belakang kemampuan berbeda, namun belum ada sistem klasifikasi yang baku seperti di level profesional. Kondisi ini, kata dia, kerap menimbulkan ketidakadilan di lapangan.

Salah satu masalah yang disoroti adalah adanya pemain yang enggan naik level meskipun sudah berkali-kali menjuarai kategori pemula.

“Yang disayangkan, sudah beberapa kali juara di beginner tapi tidak pernah mau mencoba main di intermediate. Sudah nyaman di beginner, pengennya menang terus,” kata Septi.

Ia menilai perilaku semacam itu menggerus nilai sportivitas dan menghambat pembinaan pemain baru. Padahal, semangat utama turnamen komunitas adalah menjunjung fair play dan memperluas partisipasi masyarakat dalam olahraga.

Baca juga: Turnamen tenis dan padel The Prime akan perebutkan piala bergilir

Lebih jauh, Septi juga mengungkap adanya praktik curang di beberapa turnamen amatir, seperti penggunaan identitas palsu untuk bisa bermain di level tertentu.

“Ada yang daftar pakai nama A, tapi yang main si B. Segitunya pengen menang. Itu jelas tidak bisa dibiarkan,” ujarnya tegas.

Sebagai penyelenggara turnamen dan pelatih bersertifikat ITF Level 3, Septi telah menerapkan mekanisme ketat, termasuk proses screening dan aturan diskualifikasi bagi peserta yang terbukti melanggar.

Ia juga mendorong agar ke depan, setiap turnamen rekreasional memiliki basis data dan sistem penilaian yang bisa terintegrasi secara nasional, misalnya lewat penggunaan rating seperti UTR atau ILTL.

Di sisi lain, ia menilai keberadaan turnamen rekreasional tetap penting bagi perkembangan olahraga tenis dan padel. Ajang semacam itu tidak hanya menjadi wadah kompetisi, tetapi juga sarana pembinaan dan motivasi bagi pemain dewasa pemula.

“Tenis itu olahraga yang adiktif. Orang mulai karena ingin sehat, tapi lama-lama ingin bisa dan ingin juara. Kalau tidak ada turnamen, motivasinya berkurang. Makanya turnamen amatir itu harus tetap ada, tapi diatur dengan baik,” tutur Septi.

Baca juga: Janice Tjen dan Priska Nugroho bersiap untuk perempat final Jinan Open

Baca juga: Shinar Zahra raih dua gelar dalam ajang tenis internasional di Jakarta

Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |