Ponorogo, Jatim (ANTARA) - Seorang seniman ukir di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur Heri Ismakut mampu "menyulap" (mengolah) aneka limbah kayu dari sisa bangunan menjadi kerajinan bernilai seni tinggi yang diburu kolektor dari berbagai daerah.
"Pada dasarnya kayu apa saja bisa dipakai, asalkan mudah diukir," kata Heri kepada wartawan di Ponorogo, Kamis.
Di rumahnya, pria berusia 45 tahun ini memanfaatkan limbah kayu dari hasil pembongkaran rumah hingga sisa meubel di sekitar desa.
Kayu tersebut diolah menjadi ornamen bernuansa Jawa, seperti blawong atau papan tempat keris dan blencong, yakni lampu minyak yang biasa digunakan dalang saat pentas wayang kulit di masa lalu.
"Di sini banyak meubel dan limbah kayu yang tidak terpakai. Awalnya iseng membuat blawong, saya beri warna jadul (jaman dulu), ternyata hasilnya bagus dan laku," ujarnya.
Menurut Heri, proses pembuatan setiap kerajinan membutuhkan ketelitian tinggi dan bisa memakan waktu hingga satu minggu, terutama pada tahap pewarnaan dan ukiran.
Harga per unit bervariasi, mulai dari Rp500 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan.
"Alhamdulillah banyak yang suka, biasanya digunakan untuk ornamen atau hiasan," katanya.
Kerajinan kayu buatan Heri tidak hanya diminati warga lokal, tetapi juga menembus pasar nasional, termasuk ke Bali dan Jakarta. Bahkan, banyak kolektor datang langsung ke Ponorogo untuk memesan produknya.
"Dalam sebulan rata-rata bisa terjual delapan hingga sepuluh buah. Ada yang pesan lewat WhatsApp (WhatsApp Messenger, sebuah layanan perpesanan instan) ada juga yang datang langsung ke sini," imbuh dia.
Baca juga: Seniman Ponorogo gelar pameran lukisan anak
Baca juga: Khofifah bertemu seniman Reog Ponorogo
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025