Canberra (ANTARA) - Sekitar 1,3 juta rumah tangga berpenghasilan rendah di Australia menghadapi stres keuangan akibat biaya perumahan (housing stress) pada periode 2024-2025.
Kondisi itu menghabiskan lebih dari 30 persen pendapatan siap dibelanjakan (disposable income) mereka untuk perumahan.
Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia (Australian Institute of Health and Welfare/AIHW), sebuah lembaga pemerintah independen yang menyediakan data terkait kesehatan dan kesejahteraan melaporkan pada Kamis (16/10) bahwa tingkat kepemilikan rumah turun dari 50 persen menjadi 36 persen di kalangan warga yang berusia 25-29 tahun.
Angka juga turun dari 64 persen menjadi 50 persen untuk mereka yang berusia 30-34 tahun, antara tahun 1971 hingga 2021.
"Tingkat kepemilikan rumah turun dengan semakin sedikitnya anak muda yang memiliki rumah sendiri," ujar juru bicara AIHW, Louise Gates, dalam sebuah pernyataan.
Antara tahun 2014 hingga 2024, median harga transfer untuk rumah yang sudah pernah ditempati di sejumlah ibu kota, tempat tinggal sebagian besar warga Australia, meningkat secara substansial, kata Gates.
Meskipun ada kenaikan sebanyak 45.200 dalam jumlah tempat tinggal yang disediakan pemerintah antara Juni 2006 hingga Juni 2024, tempat tinggal yang disediakan pemerintah hanya mencakup 4,1 persen dari seluruh rumah tangga pada 2024, turun dari 4,8 persen pada 2011, menurut laporan AIHW.
Layanan khusus untuk tunawisma membantu sekitar 280.000 orang pada periode 2023-2024, menurut laporan itu.
Disebutkan pula bahwa 45 persen anak-anak dan kaum muda berusia 15-24 tahun yang datang sendiri ke lembaga-lembaga untuk mendapatkan bantuan masih tidak memiliki tempat tinggal ketika penyaluran bantuan mereka berakhir pada periode tersebut.
"Laporan ini menyoroti bagaimana kondisi warga Australia saat ini, memberikan gambaran komprehensif tentang kesejahteraan dan kemakmuran individu, keluarga, dan masyarakat di berbagai bidang seperti kepuasan hidup, pendapatan, perumahan, perawatan warga lanjut usia, dan sebagainya," kata Gates.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































