Poso, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Satuan Tugas Operasi Madago Raya Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah (Sulteng) memperkuat upaya reintegrasi sosial dan deradikalisasi dengan melaksanakan kegiatan hipnoterapi bagi eks narapidana terorisme (napiter), keluarga simpatisan, dan masyarakat di Kabupaten Poso.
Kasatgas III Preventif Operasi Madago Raya Polda Sulteng Kombes Pol Kurniawan Tandi Rongre di Poso, Rabu, mengatakan kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya soft approach yang diterapkan dalam Operasi Madago Raya.
Baca juga: Polda Sulteng perpanjang Operasi Madago Raya tahap IV 2025
“Program ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tapi bentuk nyata kehadiran negara dalam memulihkan kondisi sosial dan mental masyarakat, termasuk para eks napiter,” katanya.
Ia menjelaskan Satgas III Preventif Operasi Madago Raya melaksanakan kegiatan hipnoterapi bagi eks napiter, keluarga, simpatisan, dan masyarakat Desa Patiwunga di Kabupaten Poso sebagai bagian dari upaya membangun kedamaian dan memperkuat kehidupan sosial di wilayah ini.
Ia mengatakan metode hipnoterapi sebagai sarana penyegaran mental dan penguatan semangat dalam reintegrasi sosial bagi para eks napiter atau alumni deradikalisasi di tengah masyarakat.
Kegiatan hipnoterapi dilaksanakan di dua lokasi, yakni Mako Batalyon B Pelopor dan Desa Patiwunga, Kecamatan Poso Pesisir. Sebanyak 23 peserta dari kalangan eks napiter dan simpatisan, serta 52 warga desa mengikuti kegiatan tersebut.
Baca juga: Satgas Madago Raya Polda Sulteng bantu penanganan usai gempa Poso
Baca juga: Satgas Madago Raya gencarkan deradikalisasi lewat pelatihan masyarakat
Menurut Kurniawan, metode hipnoterapi dipilih karena dinilai efektif membantu peserta menata ulang pola pikir, mengikis trauma masa lalu, dan menumbuhkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari serta semangat kebersamaan di tengah masyarakat.
“Kami ingin mereka tidak hanya pulih secara sosial, tapi juga secara batin agar bisa kembali berperan aktif di tengah masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa menjaga keamanan tidak selalu dilakukan dengan kekuatan senjata, melainkan juga melalui sentuhan empati dan pendekatan kemanusiaan.
Pewarta: Nur Amalia Amir
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































