RI harus arahkan ASEAN-PBB sebagai pilar utama multilateralisme global

3 hours ago 3
jika ASEAN dan PBB memperdalam aliansi strategis mereka sekarang dengan dorongan konsisten dari Indonesia, Asia Tenggara dapat menjadi pondasi bagi tatanan dunia pasca-Barat, bukan sekadar menjadi penonton dalam terbentuknya tata dunia baru yang dite

Jakarta (ANTARA) - Sejak pembentukannya pada 8 Agustus 1967, ASEAN yang dahulu dianggap hanya sebagai koalisi pertahanan untuk menangkal ancaman ideologi komunis, kini telah berkembang menjadi salah satu blok regional paling berpengaruh di dunia.

ASEAN saat ini bukan hanya menjadi pusat kekuatan ekonomi dan penyelenggara diplomasi, tetapi juga telah menjelma sebagai perhimpunan yang sangat penting, tempat kekuatan-kekuatan besar dunia bersaing memperebutkan pengaruh.

Dengan kredibilitas sebagai aktor yang netral dan non-blok, ASEAN telah menjadi elemen yang sangat berharga di era persaingan geopolitik yang semakin intensif, dan dengan cepat berubah menjadi poros strategis global yang membantu menstabilkan, menyeimbangkan, dan membentuk tatanan dunia yang tengah mengalami transformasi.

Saat ini, persaingan antara China dan Rusia di satu sisi dan Amerika Serikat di sisi lain telah meningkat menjadi kompetisi sistemik untuk memperebutkan kekuasaan dan pengaruh strategis.

Konfrontasi ini telah — dan akan terus — mengganggu rantai pasokan global, memecah standar teknologi, menjadikan keuangan sebagai senjata, serta menyeret negara-negara berkembang ke dalam ketidakpastian ekonomi global.

Alih-alih bekerja sama menghadapi ancaman bersama seperti perubahan iklim, pandemi, dan ketahanan energi, sumber daya justru dialihkan ke rivalitas geopolitik, yang pada gilirannya memperlambat ekonomi global dan mengikis kredibilitas berbagai lembaga multilateral.

Ketidakstabilan inilah yang justru mendorong kembalinya momentum bagi multilateralisme sejati, yang menolak logika persaingan “zero-sum” di mana pemenang mengambil segalanya dan pihak yang kalah kehilangan semuanya.

Tidak mengherankan apabila dalam KTT ASEAN-PBB 2025 yang digelar baru-baru ini di Kuala Lumpur, Menteri Luar Negeri RI Sugiono menegaskan bahwa “kekuatan sejati terletak pada kolaborasi, bukan konfrontasi”.

Pernyataan tersebut menegaskan posisi Republik Indonesia dalam menyoroti peran ASEAN sebagai penyelenggara netral dan pembangun koalisi untuk mempertahankan multilateralisme sejati.

Dengan PBB yang menyerukan tata kelola global yang lebih adil dan ASEAN yang mempromosikan kerja sama inklusif melalui ketahanan pangan, ketahanan iklim, dan transformasi digital, kedua pihak sepakat membangun kembali tatanan multipolar berbasis aturan yang berlandaskan kemitraan, bukan dominasi.

Baca juga: Memahami balancing diplomacy Presiden Prabowo saat KTT ASEAN

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |