Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan penerapan biodiesel mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM).
"Sejak kita terapkan campuran bahan bakar biodiesel sebanyak 20 persen atau B20 waktu itu, kita sudah tidak impor lagi. Jadi kita mengurangi ketergantungan impor dengan biodiesel ini. Dengan B40 yang ditargetkan menjadi B50 oleh pemerintah, kami akan ikut tentunya dengan kebijakan pemerintah," ujar Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina Agung Wicaksono, di Jakarta, Kamis.
Agung mengatakan, Pertamina dengan program pemerintah yang diawali dari dulu B2,5 sekarang sudah mencapai B40 adalah yang terbesar di dunia, bagaimana dilakukan pencampuran bahan bakar nabati dengan solar.
"Sehingga bukan hanya bermanfaat secara ekonomi, karena itu berhasil menghemat devisa," katanya lagi.
Selain itu, penerapan biodiesel juga bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat setempat, mengingat biodiesel ini sangat besar dampaknya, lapangan pekerjaan yang diciptakan, kemudian juga dampaknya bagi lingkungan.
Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi program campuran bahan bakar biodiesel sebanyak 40 persen atau B40 periode Januari-September 2025 mencapai 10,57 juta kiloliter (kl) dengan nilai penghematan devisa negara sebesar Rp93,43 triliun.
Selain menghemat devisa hingga mencapai Rp93,43 triliun, mandatori program ini mampu menyerap lebih dari 1,3 juta tenaga kerja serta menurunkan emisi karbon hingga 28 juta ton.
Tak hanya menghemat devisa melalui pengurangan impor solar, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga menyampaikan bahwa realisasi program B40 disertai dengan peningkatan nilai tambah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) hingga Rp14,7 triliun.
Petani sawit menjadi pahlawan energi baru. Program transisi energi ini membuka lapangan kerja baru sambil menjaga kelestarian bumi. Dari kebun sawit rakyat hingga tangki kendaraan bermotor, rantai nilai biodiesel telah menjadi bukti Indonesia mampu menciptakan ekosistem energi yang mandiri, berkelanjutan, dan berkeadilan.
Baca juga: Pakar IPB tekankan perhitungan cermat soal B50 bagi industri sawit
Baca juga: Kementerian ESDM catat program B40 hemat devisa Rp93 triliun
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.