Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Patra Niaga menggelar Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) Forum 2025 dalam rangka mendorong kolaborasi menuju langit yang rendah emisi.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan forum SAF menjadi ajang kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pelaku industri energi, maskapai penerbangan, produsen pesawat, serta lembaga sertifikasi nasional dan internasional untuk mempercepat pengembangan dan implementasi SAF di Indonesia.
Kegiatan Pertamina SAF Forum 2025 bertema "From Used Cooking Oil to Indonesia's Sky: Driving the Circular Economy for a Clean Energy Transition", yang berlangsung di Jakarta, Kamis ini, terselenggara dengan dukungan Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) dan Board of Airline Representatives-Indonesia (Barindo).
Sementara itu, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo, dalam sambutannya saat forum, menyampaikan bahwa pengembangan SAF merupakan langkah nyata roadmap transisi energi nasional menuju net zero emission (NZE) pada 2060.
"Saat ini, juga sedang disusun regulasi penahapan implementasi SAF, yang diusulkan dapat dimulai 2026 dengan tahap awal implementasi sebesar satu persen mengacu pada mekanisme mass balance melalui sertifikasi rantai suplai (skema CORSIA) untuk penerbangan internasional dari Jakarta (CGK) dan Denpasar (DPS)." ujarnya.
Edi menambahkan pemerintah telah menyiapkan peta jalan yang nantinya secara bertahap meningkat hingga lima persen pada 2035.
"Inisiatif seperti Pertamina SAF Forum 2025 menjadi momentum penting untuk menyatukan langkah seluruh pihak dalam membangun rantai pasok SAF yang terintegrasi di Indonesia. Keberhasilan implementasi ini tentu membutuhkan dukungan kuat dari seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, sektor swasta, industri energi, maupun maskapai," jelasnya.
Mars Ega menambahkan komitmen perusahaan sebagai penggerak utama dalam rantai pasok bahan bakar penerbangan ramah lingkungan, SAF secara nasional, mulai dari pengumpulan bahan baku, penyimpanan, hingga penyediaan bahan bakar bagi maskapai penerbangan.
"Pertamina SAF bukan hanya tentang penyediaan bahan bakar aviasi ramah lingkungan. Lebih dari itu, ini adalah national movement, yang mana rantai pasok dan penyediaan SAF mampu menggerakkan ekonomi sirkular masyarakat," jelasnya.
Menurut dia, Indonesia memiliki keunggulan sebagai salah satu penghasil minyak jelantah terbesar dan SAF menjadi solusi untuk mengubah limbah sehari-hari menjadi energi berkelanjutan yang bernilai ekonomi sekaligus mendukung masa depan yang lebih hijau.
Ketua Umum Inaca Denon Prawiraatmadja menyampaikan bahwa kolaborasi antara pelaku industri penerbangan dan Pertamina merupakan langkah strategis menuju penerbangan rendah emisi.
"Indonesia telah menghadirkan SAF melalui Pertamina. Inisiatif ini sejalan dengan dorongan International Civil Aviation Organization (ICAO) melalui CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation) agar Indonesia bertransformasi dari penggunaan bahan bakar fosil menuju bahan bakar penerbangan berkelanjutan secara voluntary pada 2026 dan mandatori mulai 2027," ungkapnya.
Lebih lanjut, Denon mengajak seluruh pihak di ekosistem penerbangan untuk bekerja sama mewujudkan transformasi industri berbasis karbon menuju industri berkelanjutan, sehingga Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam mendukung pencapaian NZE pada 2060.
Baca juga: RI siap jadi hub bahan bakar ramah lingkungan SAF di Asia-Pasifik
Baca juga: Pertamina pacu transisi energi transportasi dari biofuel hingga SAF
Baca juga: Pertamina berencana mengekspor avtur dari minyak jelantah
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.