Jakarta (ANTARA) - Di tengah meningkatnya akses terhadap berbagai layanan pinjaman digital, pakar keuangan mengingatkan pentingnya memahami dan menjaga reputasi kredit sebagai bagian dari perilaku finansial yang bertanggung jawab.
“Banyak orang beranggapan bahwa pinjaman hanyalah soal kemampuan membayar. Padahal, yang dinilai bukan hanya jumlah uang yang dibayar, tetapi juga ketepatan waktu, konsistensi, dan riwayat penggunaan kredit. Semua faktor ini membentuk skor dan reputasi kredit seseorang,” kata Head of Consumer Business Credit Bureau Indonesia (CBI) Nora Asteria dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Reputasi kredit menjadi dasar bagi lembaga keuangan untuk menilai kelayakan seseorang dalam mengelola pinjaman.
Catatan pembayaran yang baik dapat memudahkan seseorang mengakses berbagai fasilitas pembiayaan dengan bunga yang lebih ringan, sementara riwayat kredit yang buruk bisa menjadi penghalang dalam mencapai tujuan finansial seperti membeli rumah, kendaraan, atau memulai usaha.
Baca juga: Skor Kredit dan tantangan generasi digital dalam mengelola konsumsi
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, meski porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) di industri perbankan masih kecil, hanya sekitar 0,30 persen dari total kredit, pertumbuhannya cukup tinggi.
Per Juli 2025, nilai outstanding BNPL yang tercatat di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) meningkat 33,56 persen secara tahunan menjadi Rp24,05 triliun.
Kemudahan tersebut, menurut Nora, perlu diimbangi dengan kesadaran finansial agar tidak menimbulkan beban utang yang berlebihan.
Ia menambahkan, reputasi kredit bukan hanya penting di hadapan lembaga keuangan, tetapi juga dalam hubungan sosial sehari-hari.
“Bahkan ketika kita meminjam dari teman atau keluarga, reputasi tetap menjadi pertimbangan. Prinsipnya sama, hanya saja di lembaga keuangan datanya tercatat secara sistematis,” ujarnya.
Baca juga: Pentingnya menjaga skor kredit sebagai reputasi finansial masa depan
Aplikasi finansial seperti SkorKu dapat dimanfaatkan sebagai “cermin finansial” yang membantu pengguna memahami bagaimana perilaku pinjaman mempengaruhi reputasi.
Melalui aplikasi, pengguna dapat melihat skor kredit, riwayat pembayaran, hingga penggunaan limit kredit secara berkala.
“Keputusan sederhana seperti menunda satu tagihan dapat menurunkan skor dan mempengaruhi peluang mendapatkan pinjaman di masa depan. SkorKu membantu masyarakat memahami hal itu secara langsung,” kata Nora.
Selain menampilkan laporan kredit, SkorKu juga menyediakan fitur pengaduan data untuk mengoreksi informasi yang tidak akurat, seperti transaksi fiktif.
Baca juga: OJK sebut utang melalui "paylater" perbankan mencapai Rp22,99 triliun
Kesadaran akan pentingnya reputasi kredit menjadi bagian dari literasi finansial yang perlu ditumbuhkan.
Masyarakat diimbau membangun kebiasaan sehat dalam mengelola keuangan, seperti mencatat pengeluaran, membayar tagihan tepat waktu, dan tidak mengambil pinjaman di luar kemampuan.
Reputasi kredit pada akhirnya bukan sekadar angka di laporan keuangan, melainkan cermin dari tanggung jawab dan kepercayaan diri seseorang dalam mengelola hidupnya.
Di tengah derasnya tawaran pinjaman digital, disiplin dan transparansi dalam mengatur keuangan pribadi menjadi kunci untuk menjaga stabilitas finansial jangka panjang.
Baca juga: OJK ajukan penutupan 27.395 rekening bank terkait kasus judi online
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































