MBG tahap awal di Samarinda Kaltim penuhi porsi pemenuhan gizi 

3 weeks ago 8
Jika ada siswa yang alergi terhadap makanan tertentu, menunya akan disesuaikan agar mereka tetap bisa makan bersama teman-temannya

Samarinda (ANTARA) - Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Samarinda menerangkan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan lima hari pada salah satu sekolah di Samarinda Kalimantan Timur memperhatikan sejumlah aspek, mulai dari pemenuhan gizi, variasi menu, hingga penanganan alergi makanan pada siswa.

"Program ini menyesuaikan kebutuhan pemenuhan gizi berdasarkan angka kecukupan gizi, yaitu sekitar 25 persen untuk satu kali makan," kata Wakil Ketua SPPG Samarinda Sirajul Amin di Samarinda, Jumat.

Dia menjelaskan, porsi ini telah disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak Sekolah Dasar (SD).

Guna mencegah kejenuhan, menu makanan untuk MBG tahap pertama di SDN 004 Samarinda Utara itu divariasikan setiap hari dengan siklus lima menu berbeda. "Senin hingga Jumat menunya berbeda, dan akan kembali ke menu awal pada Senin berikutnya," jelas Sirajul.

Tim SPPG juga terus melakukan evaluasi terhadap menu, termasuk menyesuaikan ukuran potongan makanan untuk anak-anak yang giginya ompong. Selain itu, alergi makanan dipantau melalui formulir alergen yang telah disebarkan kepada orang tua siswa.

"Jika ada siswa yang alergi terhadap makanan tertentu, menunya akan disesuaikan agar mereka tetap bisa makan bersama teman-temannya," kata Sirajul.

Terkait alergi telur yang dilaporkan, Sirajul menyampaikan bahwa data masih dalam tahap pengumpulan. Biasanya membutuhkan waktu karena harus diisi oleh orang tua siswa.

Implementasi Bertahap dan Anggaran

Saat ini, program MBG baru berjalan di SD 004 Samarinda Utara. Tujuh sekolah lainnya akan menyusul secara bertahap sesuai perkembangan dan kesiapan.

Pihaknya menjelaskan bahwa anggaran program ini mengikuti indeks kemahalan daerah. Rata-rata bahan baku makanan di Samarinda sekitar Rp11.000 per porsi, tergantung menu yang disajikan.

Susu diberikan dua kali dalam seminggu karena Samarinda bukan daerah penghasil susu. "Sebagai gantinya, kami memberikan asupan protein dari bahan makanan lain," kata Sirajul.

Menanggapi anak-anak yang merasa porsi makannya kurang, Sirajul menjelaskan bahwa porsi sudah disesuaikan dengan kebutuhan, mengingat anak-anak makan tiga kali sehari.

Kendala utama dalam pelaksanaan program ini adalah proses adaptasi. Tim baru dibentuk dan masih ada penyesuaian.

Pihaknya juga ingin memastikan tidak ada kendala besar, seperti keterlambatan distribusi.

"Kami berharap program berjalan lancar dan semua siswa di Samarinda bisa merasakan manfaatnya," katanya.

Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |