Lakon Srikandi penyuling asa kopi robusta di lereng Gunung Ciremai

14 hours ago 1

Kuningan (ANTARA) - Titi Nuryati (34) dulu tak pernah meneguk kopi. Baginya, minuman itu terlalu getir, hanya layak bagi para lelaki tua di desanya. Bahkan dirinya pernah mengernyit saat mencium aromanya.

Namun, hidup kerap berkelindan tak terduga. Dari rasa yang pernah ditolak, Titi malah jatuh hati pada biji kopi, yang kemudian membawanya jadi sosok penggerak sekaligus Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi.

Perempuan ini mampu melambungkan jenama kopi robusta asal Desa Cibeureum, Kuningan, Jawa Barat, dari kafe lokal hingga konsumen mancanegara.

“Setelah ikut memetik, menjemur, sampai menyangrai, ternyata rasanya lain ketika kopi lahir dari tangan sendiri,” tutur Titi Nuryati kepada ANTARA, suatu sore di bulan Oktober.

Sembari menatap hamparan jemuran biji yang berkilau disapu cahaya sore, Titi mengingat kilas balik saat memutuskan terjun pada dunia kopi.

Ia menghabiskan masa mudanya di Jakarta, bekerja di industri rumahan pembuat kue kering. Setelah menikah pun, tangan terampilnya tetap bergulat dengan loyang.

Meski begitu, hidupnya tak berhenti di industri ini. Sebab, Titi menemukan arah baru ketika melihat kopi di kampungnya yang lama terabaikan.

Ada peluang

Semua itu bermula dari ketidaksengajaan, yakni gegara 10 kg kopi yang tertinggal di gudang rumahnya pada 2016.

Niat hati, kopi itu hendak dibawa ke Jakarta sebagai buah tangan untuk saudaranya. Tapi, karung berisi kopi itu lupa dimasukkan ke dalam mobil.

Pada saat bersamaan, di Desa Cibeureum sedang berlangsung Jagakali International Art Festival. Kebetulan pula rumahnya jadi tempat berkumpul para seniman.

Daripada terbuang, biji kopi tersebut akhirnya diolah, lalu diseduh untuk tamu yang datang silih berganti.

Selama dua bulan penuh, aroma kayu bakar selalu menyeruak di dapur rumahnya. Cangkir kopi yang disuguhkan pun ludes, disesap oleh para tamu.

Anggota KWT Srikandi saat menyortir biji kopi robusta di Desa Cibereum, Kuningan, Jawa Barat, Rabu (22/10/2025). ANTARA/Fathnur Rohman.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |