Yogyakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah mematangkan penyusunan etika dan peta jalan kecerdasan buatan (AI) untuk memastikan pengembangan teknologi itu berjalan secara etis, aman, dan berorientasi pada kemanusiaan.
"Etika AI akan menjadi rambu agar teknologi ini tidak digunakan secara destruktif," ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Komdigi Bonifasius Wahyu Pudjianto dalam acara "Digistar Connect: Building 113,000 Next Generation AI Talents for Indonesia's Future" di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis.
Bonifasius mengatakan Komdigi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini sedang menyusun dua dokumen strategis penting, yakni Etika Kecerdasan Buatan Nasional dan Peta Jalan Pengembangan AI Indonesia.
Kedua instrumen tersebut akan menjadi panduan bagi sektor publik, swasta, maupun akademik dalam mengimplementasikan teknologi AI secara bertanggung jawab.
"Prinsip utamanya adalah memastikan AI tetap memuliakan manusia, melindungi privasi, serta tidak menciptakan diskriminasi berbasis algoritma," ujar dia.
Dia menyebut bahwa peta jalan tersebut juga akan mencakup aspek regulasi, riset, pengembangan talenta digital, serta kolaborasi internasional guna memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem global AI.
Baca juga: Menkomdigi sebut AI harus jadi cermin nilai masyarakat Indonesia
Baca juga: Wamenkomdigi: Peta Jalan AI seimbangkan inovasi dan proteksi risiko
Bonifasius menekankan bahwa penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor utama dalam implementasi AI yang etis dan produktif.
Dalam konteks ini, perguruan tinggi, termasuk UMY, memiliki peran strategis sebagai pusat riset dan pengembangan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan.
"Perguruan tinggi memiliki posisi penting sebagai penghasil talenta dan peneliti. Kita harapkan kampus mampu membangun ekosistem riset yang kolaboratif dan memberikan masukan bagi penyusunan kebijakan AI nasional," ujarnya.
Menurut dia, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri akan menjadi fondasi utama untuk menciptakan AI yang inklusif dan berkeadilan, sekaligus meningkatkan daya saing nasional di sektor teknologi.
Selain penyusunan etika dan peta jalan, pemerintah juga menyiapkan "AI Talent Pool" dan "AI Center of Excellence" sebagai wadah kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah.
Melalui program tersebut, mahasiswa dan peneliti akan diberi kesempatan berkontribusi langsung dalam riset dan penerapan AI di berbagai sektor, seperti layanan publik, kesehatan, pendidikan, pertanian, dan industri kreatif.
"Kita ingin memastikan bahwa talenta digital Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pencipta teknologi. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah dan perguruan tinggi, kita bisa mewujudkan AI yang inklusif, berkeadilan, dan berpihak pada kemanusiaan," ujar Bonifasius.
Baca juga: Kecerdasan buatan beri dampak efisiensi di sektor industri
Baca juga: Kemkomdigi fokuskan Peta Jalan AI pada pedoman etika
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.