IKA UII Kaltim bantu turunkan stunting melalui rekayasa sosial

3 weeks ago 11

Samarinda (ANTARA) - Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia Kalimantan Timur (IKA UII Kaltim) membantu pemda menurunkan prevalensi stunting di Provinsi Kaltim yang saat ini tergolong tinggi, yakni sebesar 22,9 persen melalui rekayasa sosial.

"IKA UII Kaltim merupakan organisasi kecil yang berupaya membantu pemerintah dalam menurunkan stunting melalui rekayasa sosial, yakni mengelola perubahan sosial dalam mengatur perkembangan masa depan dan perilaku mengasuh anak, dimulai dari lingkungan keluarga," kata Ketua IKA UII Provinsi Kaltim Fitriansyah di Samarinda, Minggu.

Fitriansyah yang sehari-hari sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kaltim ini mengemukakan, persoalan stunting merupakan hal kompleks sehingga dalam penanganan pun melibatkan banyak pihak, sehingga pihaknya berupaya membantu mengatasinya karena alumni UII tersebar di berbagai sektor seperti pemerintahan, pengajar, dan lainnya.

Baca juga: DKP Kaltim gencarkan Gemarikan untuk tekan stunting

Dalam hal ini, pihaknya memberdayakan anggota IKA UII Kaltim untuk menggelar Seminar Parenting Cegah Stunting dengan tema "Strategi Parenting untuk Anak Hebat" digelar hari ini, Minggu, dengan menyasar keluarga yang memiliki bayi dan calon ibu, agar mereka memahami pola asuh terhadap anak supaya tidak stunting.

Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber kompeten seperti Ameliora Dwi Astanti selaku Ketua Program Studi Sarjana Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda dan Yulia Wahyu Ningrum dari Biro Psikologi Matahati.

"Penanganan stunting harus dilakukan mulai hulu hingga hilir, sedangkan dalam hal ini, kami mengambil peran yang paling krusial saat ini, yakni memberi pemahaman dalam memperhatikan asupan gizi 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) pada anak, mulai dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun, sehingga narasumber yang dihadirkan selain psikolog juga ahli gizi," kata Fitriansyah.

Baca juga: DKP3A Kaltim sasar remaja putri tekan stunting masa depan

Sementara itu, Yulia memberikan pemahaman kepada orang tua supaya tidak melahirkan anak stunting, yang diawali dari janin dalam kandungan yang harus mendapat asupan gizi cukup, sedangkan gizi yang cukup tidak harus mahal, namun bahan makanan dari lingkungan sekitar pun sudah banyak gizi seperti sayur, ikan, telur, dan lainnya.

Anak stunting, kata dia, tidak melulu dari keluarga miskin, tetapi dari keluarga yang hidup berkecukupan dan keluarga kaya pun bisa, karena ini tergantung pada ibu saat hamil yang enggan mengonsumsi makanan bergizi, termasuk pola asuh terhadap anak.

Baca juga: Pupuk Kaltim dukung penurunan stunting lewat rembug tingkat kelurahan

"Kalau alasan miskin sebenarnya tidak, tetapi yang paling penting adalah prioritas orang tua terhadap anak. Misalnya, tidak bisa beli sayur, buah, atau ikan. Tapi jika anak menjadi prioritas, maka orang tua bisa menanam melalui pot atau polibag, budidaya ikan melalui baskom, jadi tergantung prioritas orang tua, inilah yang menjadi penekanan kami," katanya.

Pewarta: M.Ghofar
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |