Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi XIII DPR RI Yan Permenas Mandenas menilai penggunaan sistem pengenalan wajah atau face recognition untuk mendata pelintas di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw dapat meningkatkan efisiensi dalam pemeriksaan.
Hal itu disampaikan Yan dalam kunjungan kerjanya ke PLBN Skouw, Jayapura, Papua, Jumat (31/1).
Berdasarkan siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu, kunjungan itu diawali dengan peninjauan berbagai fasilitas, termasuk kantor PLBN Skouw dan area netral zone, yang menjadi titik strategis dalam aktivitas lintas batas.
Dalam kunjungannya, Yan meninjau langsung kondisi perbatasan serta mendengar aspirasi dari para petugas di perbatasan, menyoroti berbagai inovasi yang diterapkan di PLBN Skouw.
Namun, di balik inovasi tersebut, masih terdapat berbagai tantangan. Salah satu permasalahan utama adalah banyaknya warga negara Papua Nugini (PNG) yang masih menggunakan Traditional Border Card (TBC) yang telah kadaluarsa.
Selain itu, penggunaan jalur tidak resmi oleh pelintas batas ilegal juga menjadi perhatian serius.
Tidak hanya membahas aspek teknis perlintasan, dia juga menampung aspirasi terkait hak ulayat dan kearifan lokal, yang sering kali menjadi tantangan dalam penerapan aturan di lapangan.
Ia menegaskan pentingnya keseimbangan antara kepentingan negara dan hak masyarakat adat agar kebijakan yang diterapkan dapat berjalan efektif tanpa mengesampingkan aspek sosial dan budaya.
“Kita harus mencari solusi terbaik agar regulasi negara tetap berjalan, namun masyarakat adat juga merasa diperhatikan,” kata Yan.
Yan juga menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap arus lintas WNA di PLBN Skouw.
Dirinya mengingatkan bahwa pengawasan yang lemah dapat membuka celah bagi berbagai ancaman, seperti penyelundupan narkoba, senjata api, dan masuknya orang asing.
Dia menegaskan bahwa sinergi antara instansi terkait, seperti imigrasi, kepolisian, dan TNI, harus semakin diperkuat untuk memastikan perbatasan tetap aman dan terkendali.
Yan mendorong peningkatan sumber daya dan fasilitas di PLBN, termasuk penambahan personel dan peralatan pendukung guna mendukung kelancaran pemeriksaan di perbatasan.
“Kita harus memastikan bahwa PLBN Skouw tidak hanya menjadi gerbang masuk, tetapi juga menjadi benteng pertahanan negara dalam mengawasi aktivitas lintas batas,” tegasnya.
Selain membahas aspek keamanan, Yan memiliki visi besar terhadap PLBN Skouw, yakni menjadikannya sebagai pusat perdagangan di wilayah Asia Pasifik.
Menurutnya, dengan posisi strategisnya, perbatasan ini dapat menjadi jalur utama dalam pertukaran ekonomi antara Indonesia dan Papua Nugini.
Ia menyoroti pentingnya komunikasi yang intensif antara pemerintah pusat, daerah, dan Papua Nugini, termasuk melalui pertukaran kunjungan dan kerja sama ekonomi.
Yan menilai negara-negara di kawasan Pasifik memiliki kebutuhan besar akan pasokan bahan makanan serta kebutuhan sehari-hari, yang dapat dipenuhi melalui jalur perdagangan dari Indonesia.
“Kepercayaan antara kedua negara menjadi kunci utama. Jika keamanan dan keselamatan di perbatasan terjaga, maka kerja sama ekonomi juga akan semakin kuat,” ujar Yan.
Sementara itu, Kepala PLBN Skouw B. Mathilda Pusung menyampaikan apresiasi atas perhatian yang diberikan oleh Yan Permenas Mandenas terhadap berbagai isu di perbatasan.
“Kami sangat berterima kasih atas kunjungan dan masukan yang diberikan. Ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus meningkatkan pelayanan dan pengawasan di PLBN Skouw,” tambah Mathilda.
Ia menegaskan komitmennya untuk berkolaborasi dengan seluruh instansi terkait dalam menjaga keamanan dan memanfaatkan fasilitas negara secara optimal guna menekan potensi ancaman di perbatasan.
Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan berbagai permasalahan yang dihadapi di PLBN Skouw dapat segera menemukan solusi, sehingga tidak hanya berfungsi sebagai pos perlintasan, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat perbatasan.
Baca juga: Menkum: BUMN aset strategis bangun ekonomi nasional
Baca juga: DPR minta pemerintah atasi kenaikan harga migor dan impor singkong
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2025